Di Tahun ini

Di Tahun ini



Sekarang kita tiba di penghujung 2018.

Di tahun ini banyak pelajaran yang ku dapatkan. Salah satunya pelajaran tentang pentingnya menjaga kesehatan.

Berhubung karena aku punya penyakit asam lambung yang bisa kumat jika aku tidak cermat maka ini menjadi pelajaran berharga bagiku.

Iya aku harus bener-bener menjaga kesehatanku agar penyakit yang satu ini tidak kambuh lagi.

Menjaga kesehatan itu penting dan memang sangat penting. Karena kesehatan sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan produktifitas seseorang,

Karena itu aku harus bener-bener menjaga kesehatanku agar aku tidak kehilangan produktifitas diri.

Pelajaran berharga lainnya yang kudapatkan adalah “Bersabar”

Ternyata sabar itu memiliki makna yang luas dan sangat luas, sabar tak bisa diukur dengan angka dan sebuah peristiwa.

Karena itu aku harus bersabar. Bersabar dalam menjalani hidup dan bersabar dalam menjalani ujian hidup.

Sabar kata sederhana yang sering terlupakan.

Gak lengkap rasanya ngomongin sabar tanpa syukur. Seperti sayur tanpa garam katanya.

Apa pun yang terjadi aku harus bener-bener bersyukur. Bersyukur atas semua nikmat yang ku dapatkan serta bersyukur atas hidup yang ku jalani.

Menariknya bersyukur tidak serta merta mengucapkan “Alhamdulillah” atau “Terimakasih”.

Syukur itu luas dan yang paling penting bukti dari rasa syukur adalah menjadi pribadi yang bertakwa. Artinya syukur harus di tunjukkan dengan perbuatan.

Iya, aku harus bersyukur dan bersabar dalam satu waktu.

Di tahun ini untuk pertama kalinya aku mengikuti ujian CPNS. Meskipun hasilnya tidak lulus. Akan tetapi yaaa, sudahlah!

Aku harus belajar dari kegagalan yang satu ini.

Di tahun ini juga aku mendapat banyak undangan yang akhirnya menimbulkan pertanyaan serius “Kapan nikah?” pertanyaan yang sebenernya aku sendiri tidak ingin mendengarnya.

Lalu jawabku “Insyaallah tahun depan” semoga saja.

Tentu saja ini menjadi pelajaran baru bagiku. Pelajaran istimewa untuk memantaskan diri.

Dan pelajaran selanjutnya.

Aku harus berani. Aku harus berani melangkah lebih jauh dan melompat lebih tinggi.

-------------------------------oOo-----------------------------

Memperbaiki semuanya

Memperbaiki semuanya




“Aku harus memperbaiki semuanya”

Iya, ini adalah kalimat sederhana yang paling sering ku ulang. Aku memang pengen memperbaiki semuanya tapi nyatanya aku gak selalu seperti itu.

Aku tidak berhasil.

Eh! Bukan!

Aku belum berhasil.

Untuk beberapa hal aku masih sering melakukan kebiasaan burukku. Misalnya “menunda”.

Entah kapan aku bisa benar-benar berhenti menunda yang pasti sampai sejauh ini aku masih sering menunda meskipun gak sesering dulu juga sih.

Masa-masa muda seperti ini tidak akan datang dua kali, aku bakalan nyesel kalo kalo aku gak memanfaatannya dengan baik.

Dan aku akan menjadi orang yang paling menyesal setelah menyadari bahwa aku sudah kehabisan waktu.

Iya! Waktuku tidak banyak lagi. Semakin hari kesempatanku semakin berkurang dan semakin hari semakin sempit saja waktu yang ku miliki. Rasanya agak sedih saat aku menyadari bahwa aku gak punya banyak waktu lagi.

Aku harus bergegas melakukan banyak hal dan menuntaskan satu persatu pekerjaanku.

Semakin hari semakin banyak saja yang sepertinya harus ku tuntaskan dan semua itu bukan hanya tentang pekerjaanku saja, tetapi lebih tetang diriku.

Pekerjaan rumahku tidak pernah habis, satu persatu pekerjaan rumahku datang menyapa menagih janji untuk ku selesaikan “Sudah waktunya”.

Begitu selesai satu yang lain segera menyusul seolah olah aku memang tidak boleh santai.

Beberapa hal mungkin bisa ku selesaikan di ujung waktu tetapi untuk beberapa hal lainnya aku bener-benar tidak bisa menyelesaikannya di ujung waktu.

Aku harus menyelesaikannya dengan segera dan sialnya aku sering kehabisan waktu.

Kenapa?!

Ah! Sepertinya manajemen waktuku masih kurang baik.

Harus ku perbaiki!

Dan kali ini aku harus menuntaskan semuanya dan memperbaiki semuanya.

Aku tau, gak ada yang salah dengan semua yang terjadi, justru diriku lah yang salah. Salah memanajemen waktu dan salah mengatur prioritas.

Tidak semuanya salah sih! Tetapi tetap saja ada yang salah. Sekarang aku hanya perlu memperbaiki yang salah agar tidak melahirkan kesalahan-kesalahan yang baru.

Aku tidak tau apa yang akan terjadi esok.

Aku tidak tau apakah aku akan sampai pada titik dimana aku berhasil menuntaskan semua pekerjaanku atau tidak.

Yang pasti aku tidak ingin terus seperti ini.

Harus berubah dan satu-satunya cara adalah memperbaiki diri. Dan satu-satunya jalan adalah “Memperbaiki shalatku”
-------------------------------oOo------------------------------

Aku yang Sekarang

Aku yang Sekarang




Akhirnya aku sampai di bulan November 2018

Ah rasanya waktu begitu cepat berlalu, padahal aku belum sempat beranjak dari tempat dudukku. Aku masih menggoyang-goyangkan penaku pertanda aku masih gelisah perkara esok. Belum ada yang ku tulis, kertasku masih saja kosong sementara itu pikiranku masih tertuju pada Esok.

“Esok”

Iya “Esok”. Apakah aku bsa melawati esok dengan baik sedangkan aku masih lalai dan terbuai dengan kesenagan kesenangan yang sementara ini.

Aku kalah dengan diriku sendiri bahkan untuk meninggalkan permainan kecil ini pun rasanya berat.

Aku yang sekarang tidak sama seperti yang dulu. Semuanya sudah berubah dan pelan-pelan menjadi sesuatu yang berbeda. Menjadi hal yang baru yang tidak akan pernah sama lagi dengan yang dulu.

Lalu muncul pertanyaan di benakku. Dengan semua yang ku lakukan dan dengan semua kebiasaan-kebiasaanku Mau jadi apa aku nanti?

Aku pasti berubah dan akan menjadi sesuatu yang berbeda lalu apakan sesuatu yang berbeda nanti adalah sesuatu yang baik?

Belum tentu

Bisa jadi sesuatu yang lebih buruk

Tergantung dari apa yang ku lakukan sekarng.

Iya aku tau dan kita semua sama-sama tau. Lalu pertanyaanya sudah seberapa jauhkan aku melakukan yang terbaik sesuai dengan apa yang ku ketahui selama ini?

Bahasa lainnya sudah berapa banyak aku mengamalakan ilmu ku?

Ah! Aku hanya bisa menunduk “tidak banyak, bahkan sangat sedikit”

Sudahlah! Sudah!

Semua sudah berlalu dan aku tidak bisa mengubah masa lalu.

Aku yang sekarang adalah hasil dari apa yang ku lakukan kemarin. Dengan kualitas yang seadanya inilah hasil apa yang ku lakukan dari kemarin.

Bisa di bilang ini adalah hasil dari amalku kemarin. Mengecewakan memang. Tapi mau bagaimana lagi, lagi pula aku melakukannya dengan sadar jadi apa pun hasilnya aku harus bisa nerimo.

“Jelek” enggak juga

Tapi masih kurang bagus aja.

Aku berharap agar esok bisa menjadi lebih baik lagi. Lebih indah lagi dan pokoknya lebih baik lagi lah!

Maksa memang

Tapi biar bagaiamana pun memang harus menjadi lebih baik lagi.

Amal harus di tingkatkan

Agar kelak jika aku menjadi sesuatu yang berbeda aku menjadi sesuatu yang lebih baik lagi.

Aku yang sekarang memang tidak seperti yang ku harapkan. Tapi aku bersyukur karena Allah masih memberiku kesempatan.

Dan kali ini aku harus memanfaatkan kesempatan ini dengan semaksimal mungkin. Terutama memperbanyak belajar.

Iya “Belajar”

Karena esok penuh dengan ketidak pastian. Maka belajarlah, belajarlah agar tidak menjadi orang yang merugi.

Iya Aku harus banyak belajar

Belajar dalam arti yang luas dan belajar dalam arti yang sesungguhnya.

Karena aku yang sekarang harus banyak belajar agar bisa meningkatkan amal shalih.


-------------------------------oOo-----------------------------



Waktuku Tidak Banyak

Waktuku Tidak Banyak



Rasanya waktu begitu cepat berlalu. Padahal kemarin aku baru saja bermain kelereng bersama teman-teman SD ku.

Gak terasa sekarang aku bukan lagi anak kecil yang suka merengek. Waktu memang cepat berlalu dan sangat di sayangkan jika aku tidak memanfaatkan waktuku dengan sebaik mungkin.

Memang untuk beberapa hal aku telah lalai. Aku tidak menggunakan waktuku dengan baik. Aku malah sengaja menyia-nyiakan waktuku dengan alasan seenakku. Dan kini aku merasakan penyesalan.

Akantetapi menyesal juga percuma. Karena itu di sisa waktuku yang tersisa aku harus membayarnya.

Aku bukan lagi anak kecil, itu artinya aku harus lebih siap menghadapi masa depanb menghadapi tantangan hidup dan dan harus siap dengan apa yang akan terjadi nantinya.

Waktuku sudah tidak banyak lagi dan semakin hari kesempatanku semakin berkurang, aku harus segera bergegas kalau tidak aku akan tertinggal dengan diriku sendiri.
-------------------------------oOo-----------------------------


Dan sekarang

Dan sekarang


Sampai saat ini aku masih belum bisa bicara banyak tentang yang satu ini “Kau jadi guru Yus?” “Iya aku jadi guru”

Bahkan sampai sekarang aku masih gak percaya bahwa aku adalah seorang guru.

Dan kalau boleh mengulang aku pasti tak ingin menjadi guru. Kalau kamu tau rasanya itu berat, karena kamu akan berhadapan dengan anak manusia yang butuh bimbingan.

Kalo di ingat-ingat sepuluh tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2008 saat itu aku masih kelas X, aku sama sekali gak pernah membayangkan bakalan menjadi guru.

Aku malah pengen jadi penulis atau pebisnis.

Aku memang gak pernah kepikiran untuk menjadi guru. Tapi yang namanya hidup siapa yang tau.

Semua berubah ketika aku kuliah di jurusan PMM UIN SU. Pikiranku langsung tertuju kepada “Guru”. Dan pada akhirnya aku menjadi guru juga.

Profesi yang katanya mulia.

Dan jujur saja ini gak mudah. Sama seperti profesi-profesi lainnya ini memang tidak mudah. Tapi sesulit apa pun itu aku harus menghadapinya.

Membimbing anak manusia, memberinya harapan-harapan untuk terus tumbuh dan berkembang tidak hanya sekedar mengajarkan angka dan huruf bukanlah hal yang mudah karena aku harus belajar terlebih dahulu.

Tetapi perlahan aku mulai menikmatinya rasanya aku seperti melihat mutiara di lautan dan melihat bintang di langit di waktu yang sama.

Tugasku adalah mengarakahkan mereka kejalan yang tepat.

Aku juga mengerti setiap orang punya perannya masing-masing.

Jika ini memang peranku maka aku akan memerankannya dengan sebaik mungkin.

Iya! Meskipun banyak persoalan yang muncul saat aku menjadi Guru, mudah-mudahan ini semua tidak menghalangi semangatku untuk terus mendidik.

Ah! Mungkin kalian sudah tau seperti apa kondisi guru muda yang masih honor.

Aku selalu berdoa dan berharap semoga ini tak menjadi penghalang bagiku untuk terus mendidik generasi penerus bangsa.

-------------------------------oOo-----------------------------

Cerita yang belum selesai

Cerita yang belum selesai



“Cerita ini belum selesai. Kau harus melakukan yang terbaik di sisa-sisa waktumu”

Ceritaku masih belum selesai,. Masih ada lembaran-lembaran kosong berikutnya yang harus ku isi. Karena itu aku tidak boleh berhenti begitu saja.

Seolah kehabisan waktu, aku memang tidak punya banyak kesempatan lagi karena itu aku harus memanfaatkan kesempatan yang ada dengan sebaik mungkin.

Rasanya memang melelahkan

Dan itu juga gak mudah

Biar bagaimana pun aku harus menyelesaikan cerita ini. Iya! Aku harus menyelesaikan cerita ini dengan sebaik mungkin, jangan sampai cerita ini berakhir dengan buruk.

Mungkin kemarin aku memang gagal menyelesaikan ceritaku dengan baik, ada juga beberapa cerita buruk di masa lalu yang gagal ku selesaikan dengan baik.

Artinya kemarin aku pernah gagal

Namun bukan berarti aku gagal seutuhnya. Aku masih punya kesempatan untuk memperbaikinya.

Cerita ini belum selesai masih ada lembaran episode yang harus ku tuntaskan dengan sebaik mungkin.

Harus ku akui kegagalan ku kemarin karena murni kesahalan ku, kelalaianku dan kebodohanku.

Aku masih kurang belajar serta banyak masalah kecil yang ku abaikan dan masalah besar yang ku hindari.

Kalau begini terus bagaimana aku bisa berkembang.

Aku harus belajar dan harus berani menghadapi semua masalah yang muncul.

Masih ada cerita yang harus ku selesaikan.

Masih ada lembaran-lembaran kosong yang harus ku isi. Dan ini bukan tentang apa isinya tapi tentang bagaimana caraku mengisinya.

Aku yakin jika aku mengisisnya dengan baik mudah-mudahan isinya juga pasti baik.

Karena itu di episide berikutnya aku harus mengisi lembaran yang kosong ini dengan cara yang baik agar membuahkan hasil yang baik.

Aku tak perlu risau dengan penilaian orang lain, karena ceritaku terlalu sempit jika hanya berkaca dari sudut pandang orang lain.

Belajar dari orang lain itu memenag perlu tapi aku tetap harus memilah dan milih. Ada banyak sudut pandang yang bisa ku gunakan unuk mengisi lembaran kosong ini. Sekarang tinggal bagaiaman caraku menyelesaikannya.

Iya! Cerita ini belum selesai, mari melangkah dan selesaikan dengan sebaik mungkin.

BIssmillah…
-------------------------------oOo-----------------------------

Sekarang ini

Sekarang ini




Sekarang aku sudah 25 tahun, sudah bekerja dan seharusnya aku sudah punya tabungan, tapi nyatanya ah! Sudahlah.

Aku sempet berkecil hati karena sampai tulisan ini ku buat aku tak punya banyak tabungan. Namun akhinya aku sadar tabungan itu gak melulu soal uang, gak melulu soal harta.

Aku harus bertanya pada diriku sendiri “apakah aku punya tabungan amal?”

Aku sadar sampai sejauh ini tabungan amalku tidak banyak, lalu bagai mana aku bisa menghadapi tantangan hidup di masa depan jika aku tak memiliki tabungan amal? Apakah dengan kondisi seperti ini aku sudah siap?

“tentu saja belum!”

Ada banyak yang harus ku persiapkan, mulai dari diriku sendiri sampai hal-hal kecil yang kadang-kadang ku abaikan.

Rasanya sedih jika aku melihat diriku dalam-dalam.

Mengapa?
Karena sampai sejauh ini aku tidak menjadi siapa-siapa dan tidak menjadi apa-apa

Aku harus benar-benar menyadari sekarang udah gak sama seperti dulu, aku bukan lagi anak kecil yang bisanya merengek saat menghadapi kesulitan. Aku harus siap dengan semua yang terjadi nantinya, aku harus siap menghadapi kesulitan kesulitan yang hadir dan aku juga harus kuat.

Sekarang aku harus bergegsa memperbaiki hidupku memperbaiki semua kesalahan-kesalahan yang pernah ku lakukan dan menyegerakan yang harus di dahulukan.

Semua kesalahan yang pernah ku lakukan sebisa mungkin untuk tidak ku ulangi.

Aku memang punya banyak kesalahan akan tetapi bukan gak mungkin untukku memperbaikinya. Di sisa waktuku yang sekarang ini aku harus bergegas karena tak banyak waktuku yang tersisa.

Waktuku semakin berkurang itu artinya kesempatanku juga semakin berkurang.

Sekarang ini aku harus berbegas, mengumpulkan serpihan-serpihan kebaikan dan menabung amal-amal sholeh untuk masa depanku nantinya.

Ah! Aku hampir lupa.

Sekarang ini Aku juga harus meluangkan waktuku untuk memperjuangkan mimpiku-mimpi kecilku.

Namun, jika pada akhirnya nanti mimpi-mimpi kecil itu tidak menjadi kenyataan, Yaaa biarkan saja .

Yang penting aku tak pernah berhenti untuk menabung.

KArena bagiku memperjuangkan mimpi-mimpi kecilku itu seperti menabung kebaikan-kebaikan untuk diriku sendiri.

Aku mungkin tidak dapat apa yang ku inginkan. Tapi aku tau, Allah bersamaku dan Allah lebih tau apa yang terbaik untukku.

Memang benar aku tidak mendapat apa yang ku inginkan akan tetapi selama aku mau berusaha dengan sebaik mungkin aku pasti akan mendapatkan apa yang ku butuhkan.

Dan jika itu memang yang terbaik untukku apa pun yang terjadi terjadilah.

Sekarang ini saatnya menabung untuk masa depan.

Iya

Selamat menabung

-------------------------------oOo-----------------------------



Ah! Sudahlah

Ah! Sudahlah




Yang sudah berlalu
Relakanlah
Syukuri yang ada
Tetap semangat
Dan perbanyak amal ibadah

Aku sih pengennya kayak gitu, aku gak pernah pengen kayak gini. Tetapi semua udah terjadi dan inilah yang ku dapatkan. Ah! aku harus gimana lagi coba?

Aku baru aja mengalami gejolak batin yang gak biasanya, rasanya meledak-ledak, aku jadi pengen melakukan banyak hal dan sepertinya aku bisa melakukan semua itu.

Ah! Tapi itu cuma "sepertinya” aja. Kenyataannya gak kayak gitu.

Memang iya, aku selalu ingin On Fire. Tapi, Ah! Sudahlah. Semua udah berlalu dan hasilnya yaaa gitu.

Di usiaku yang udah seperempat abad ini aku ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat, sesuatu yang bisa ku kenang di masa tua nanti. Rasanya aku gak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Mumpung masih muda dan menggebu-gebu serta semangat yang lagi panas-panasnya.

Sangat di sayangkan kalo masa muda ini berlalu gitu aja. Kayak angin yang lewat-lewat gitu. Jadi mumpung masih muda aku harus menggali semua potensiku.

“Ah! Aku gak mau menyesal loh!”

Tapi, masalahnya, aku kurang pandai mengolah potensiku. Aku masih belum pandai mengelola diriku sendiri. Dan hasilnya, Ah! Sudahlah. Kalian juga bisa menebak apa hasilnya bukan?

Kalo di bilang bisa sih, bisa aja. Tapi yaa gitu, masih belum maksimal.

“Mumpung masih muda aku ingin memperbaiki semuanya” Ya. Dari kemarin-kemarin aku juga bilang kayak gitu, tapi ya tetap aja gak banyak berubah. Berubah sih iya, tapi dikit-dikit. Dikit baiknya dikit juga buruknya. Ya pokonya gitu lah.

Intinya mumpung masih muda mumpung masih punya kesempatan waktu ya harus di manfaatkan.
Yang lalu biarlah berlalu. Jadikan pelajaran saja. Siapa tau besok-besok keluar pas ujian.

Iya keluar pas ujian

Ujian hidup maksunya.

Mangknya jangan berhenti belajar dan mengambil pelajaran. Karena kita gak pernah tau ujian apa yang akan keluar besok.

Bisa jadi ujian yang keluar besok adalah pelajaran yang kita tertawakan kemarin.

Apa pun yang terjadi, ya sudahlah! Syukuri aja, ambil hikmahnya dan yang paling penting harus Tetap semangat dan perbanyak amal ibadah. Nice

Alhamdulillah....
-------------------------------oOo-----------------------------







Jangan mengeluh

Jangan mengeluh




Hidup harus tetap berjalan
Meskipun katanya gak enak
Jangan banyak mengeluh
Itu gak bagus
Nanti kamu menyesal
Lebih baik istigfar


Iya sih, kadang-kadang aku memang banyak ngeluhnya.

Meskipun katanya mengeluh itu gak baik. Tapi masih aja aku suka mengeluh apa lagi saat kenyataan gak sesuai harapan. Ah! Rasanya itu loh.

Akhirnya aku berpikir, untuk apa coba aku mengeluh? Masih banyak nikmat Alllah yang harus ku syukuri. Dan untuk apa juga aku mengeluh kalo aku sendiri gak pande bersyukur.

Kok rasanya jadi sedih ya? Disaat anak muda seumuranku lagi sibuk-sibuknya menata diri aku malah sibuk mengeluh dengan semua keresahanku.

Dengan semua yang ada dan semua yang kumiliki haruskah aku mengeluh?
Tidak!
Semua itu hanya percuma. “Ya Allah ampuni aku”

-------------------------------oOo-----------------------------


Aku butuh waktu

Aku butuh waktu




Menjadi luar biasa itu perlu waktu
“iya perlu waktu”
Karena pohon yang kokoh pun perlu waktu untuk tumbuh besar
Dan ulat juga perlu waktu untuk menjadi kupu-kupu yang indah

Aku perlu waktu untuk memperbaiki semuanya, mulai dari memperbaiki hatiku sampai memperbaiki hidupku yang banyak gak beresnya.

Rasanya agak berat kalo aku melakukannya sendirian. Tapi mau gimana lagi coba. Kalo gak sekarang mau kapan lagi?

Aku memang butuh waktu untuk mememperbaiki semuanya. Akan tetapi aku harus menyadari bahwa semakin lama waktuku juga semakin berkurang. Itu artinya kesempatanku juga semakin sedikit.

Di sisa waktuku yang gak banyak tapi gak sedikit juga aku harus bener-bener memanfaatkan waktuku dengan sebaik mungkin. Iya sebaik mungkin dan sebaik mungkin.

Jangan sampe aku menyesal lalu bilang “seandainya” ah! Rasanya pasti gak enak.

-------------------------------oOo-----------------------------


Pilihan hidup

Pilihan hidup




Katanya hidup itu pilihan, dan aku berhak memilih apa pun yang ku inginkan.

Tapi kenyataannya tidak begitu

Aku tetap tidak bebas memilih meskipun aku sangat menginginkannya. Karena sejatinya aku harus memilih yang baik dan yang benar.

Memilih yang terbaik dari yang baik itu tidaklah mudah, karena dari semua yang baik itu aku harus memilih yang benar. Yang benar-benar bermanfaat untukku dan benar secara hukum dan syariat.

Di usiaku yang sudah seperempat abad ini, mau gak mau aku harus benar menentukan pilihan hidupku.

Mau jadi apa aku nanti?

Dengan kondisiku yang sekarang ini sudah pasti aku gak punya banyak pilihan, akan tetapi aku masih tetap punya pilihan meskipun sedikit. Karena itu jika sampai nanti aku tidak menentukan pilihan hidupku, maka pada akhirnya aku akan menyesal.

Sebenernya di tahun-tahun sebelumnya aku juga sudah pernah menetukan pilihan hidupku, tapi yang namanya anak muda aku gak selalu tetap pendirian. Ada kalanya aku menganggap bahwa pilihan ku itu tidak tepat sehingga aku mengganti dengan pilihan yang lain.

Tapi sayangnya aku merasa pilihan yang lain itu juga tidak tepat untukku, sehingga aku mencari pilihan lain. Sampai pada akhirnya aku tidak memilih apa puin dan akhirnya aku tidak mendapatkan apa pun.

Nah, kali ini aku harus bener-bener serius menentukan pilihan hidupku, karena waktuku juga sudah tidak banyak. Disadari atau tidak semakin lama waktuku semakin berkurang itu artinya pilihanku juga semakin berkurang.

Jangan sampai nanti aku menyesal karena aku tidak memilih apa pun.

-------------------------------oOo-----------------------------