Perjalanan ini

Perjalanan ini



Aku juga punya impian sama seperti kalian.

Kita sama-sama tau, untuk meraih apa yang kita impikan itu memang gak mudah. Banyak rintangan dan cobaan yang harus di hadapi bahkan tak jarang bagi untuk kita menghadapi kenyataan pahit yang muncul di luar dugaan.

Rasanya berat

Tapi seberapa beratkah perjalanan yang harus kita tempuh itu? Itu semua tergantung kita.

Kalo kebanyakan mengeluh semuanya akan terasa berat, bahkan hal kecil yang biasa aja akan menjadi masalah besar kalo terus-terusan mengeluh.

Rasanya mimpi-mimpi kecil yang pernah ku ukir hanya akan terus menjadi mimpi tanpa pernah menjadi kenyataan jika aku tak pernah berusaha.

Dan pada akhirnya semua tinggal cerita “Dulu aku pengen ini?”

Tidak tidak. Aku tidak mau semua itu tinggal cerita.

Aku harus berusaha sebaik mungkun untuk meraih mimpi-mimpi kecilku. Meskipun pada ahirnya aku tidak mendapatkan apa yang ku inginkan. Tapi, paling tidak aku udah mencoba dan udah berusaha.

Aku yakin hasilnya gak sama.

Mungkin aku gak dapat apa yang ku impikan. Tapi aku yakin, aku pasti akan mendapatkan kebaikan dari semua usaha yang sudah ku lakukan. Bisa jadi aku mendapatkan hal lain yang lebih bermanfaat dari yang ku impikan.

Dari semua perjalanan yang ku tempuh pasti ada kebaikan yang ku dapatkan. Jika kebaikan itu tidak berujud impianku aku tidak akan menyesal. Karena semua kebaikan tidak harus berbentuk apa yang ku inginkan.


-------------------------------oOo-----------------------------






Aku sebel

Aku sebel



Sudah tiga bulan lebih aku berteman dengan Nindi, dan satu hal yang pasti adalah ; temen harus bisa menjadi pendengar yang baik. Aku selalu menjadi pendengar yang baik untuk nindi meskipun kadang-kadang aku gak mendengarkan. Dan diantara semua cerita nindi yang paling sulit ku mengerti adalah tentang cowok yang naksir dia.

Waktu itu jam 2 siang, rencananya aku dan nindi akan nongkrong di warung kopi sebelah kampus. Udah setengah jam kami disini tiba-tiba seorang pelayan warung kopi menghampiriku “Maaf mas, di panggil abang itu, yang pake baju hitam di meja nomor 9” ujarnya sambil menunjuk kearah orang gendut berbaju hitam.

“Abang itu ya?” tanyaku

Dia mengangguk “iya mas” lalu pergi meninggalkan kami berdua.

“Eh, siapa?” nindi penasaran

Aku menggeleng “Gak tau?”

“Jumpain aja kali. Siapa tau dia kenal samamu?”

Perasaanku gak enak. Bisa kebayang gak? Aku di panggil orang tak di kenal di tempat umum. Kalo ternyata dia bukan orang baik gimana? Ah sudahlah, berpikir positif aja.

Aku pun nyamperin laki-laki itu “Bang, manggil saya?”

“Oh! Iya mas, silahkan duduk?” ujarnya ramah.

Aku menelen ludah “ada apa ya bng?” tanyaku

Laki-laki itu tersenyum “Mas temennya nindi kan?”

“Iya” jawabku

“jadi gini mas. Temenku ada yang suka sama Nindi, nah karena kebetulan ninidi ada dasini dan dia pun lagi disini. Jadi rencananya dia mau nembak Nindi disini. Kayak acara-acara di tv gitu mas”

“Oooooh, gitu” aku ngerti maksudnya “Yakin mas mau disini”

“iya mas disini. Sekarang”

“Hah! Sekarang?” aku kaget

“Iya mas. Sekarang. Mangkanya aku minta tolong mas duduk disini aja. Pokonya nanti kami yang bayarin semuanya”

“Memangnya gapapa bg”

“Santai ajah mas, warkop ini temen kita punya. Pokoknya aman deh, yang penting mas disini ajah dulu sampe semuanya kelar”

“Yaudah lah bg”

“Makasih ya mas” laki-laki itu pun memberi isyarat kepada temennya.

Aku menelen ludah. Perasaanku gak enak, bukan karena cemburu tapi karena aku gak yakin Nindi bakalan menerima cowok yang bakalan nembak dia. Meskipun aku gak tau siapa cowok itu, tapi aku yakin cowok itu pasti adalah orang yang pernah di ceritakan Nindi tempo hari.

Aku yakin bener karena dari semua yang pernah di ceritakan nindi cuma ada satu cowok yang naksir berat dengannya. Dan aku yakin cowok itu pasti ada disini, di warkop ini.

Selanjutnya muncul dua orang laki-laki dengan memainkan sebuah istrumen gitar, masing-masing dari mereka berdiri tepat di sebelah kiri dan kanan nindi.

Lalu seorang laki-laki lagi datang dengan melantunkan semuah sajak, sembil membawa setangkai mawar merah. Mungkin dialah orangnya, orang yang dimaksud laki-laki gendut tadi.

Dengan langkah perlahan dia mendekati nindi. “Hari ini bukan milikku, begitu juga dengan esok dan kemarin. Karena sejatinya aku tak pernah memilik hari apa pun. Tapi aku punya hal indah yang membuatku merasa semua hari adalah hariku. Yaitu hari dimana Aku betemu denganmu.”

Mendadak suasana yang tadinya riuh  menjadi hening, mereka saling berhadapan, para pengunjung memperhatikan mereka.  Nindi hanya diam sementara itu laki-laki itu melanjutkan sajaknya.

“Ketahuilah nin, jika hari ini menjadi milikku, maka aku hanya ingin bersamamu. Dan jika hari ini dibrikan kepadaku maka aku hanya ingin bertemu denganmu...”

Cowok itu semakin mendekati nindi. Nindi mengernyitkan dahinya. Dia beranjak dari duduknya, berdiri seolah tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Tanpa bicara sepatah kata pun nindi pergi meninggalkan laki-laki itu.

Orang-orang yang menyaksikan hanya bisa diam, mereka seolah tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Seolah tak mau melihat laki-laki itu kecewa mereka kembali ke aktifitas semula. Menikmati hidangan diatas meja yang tadinya sempat tertunda.

Laki-laki itu mengejar nindi, tapi nindi terlalu cepat untuk di kejar. Meskipun pada akhirnya laki-laki itu berhasil meraih tangan Nindi. Namun, Nindi tetap berjalan tanpa menolah ke arah laki-laki itu.

Akhirnya laki-laki itu pasrah dan membiarkan nindi pergi begitu saja.

Aku menggelengkan kepala, aku udah menduga hal ini pasti terjadi. “Aku udah bisa pulang kan bang?” tanyaku pada laki-laki gendut di sebelahku.

“Oh. Iya, mas silahkan”

Aku menagngguk.

“Biar kami aja yang bayar mas”

“Eh! Makasih bang”

“Iya mas. Sama-sama”

***

Malam itu aku datang ke kosannya nindi. Berharap dia gak marah padaku. Kali aja dia mengira aku sekongkol dengan laki-laki tadi. “Kau gak marakah kan sama ku”

Nindi tersenyum kecil “Ah! Ngapain juga aku marah sama mu. Lagian aku tau kok kau gak tau apa-apa”

“Jadi, apa orang itu yang selama ini kau maksud”

“Iya” nindi mengangguk “tadi dia dateng lagi. Terus ngomongin semuanya”

“Terus gimana?” aku penasaran

“aku tetap gak bisa menerima dia. Meskipun dia anak yang baik dan romantis” ujarnya dengan suara yang pelan “Tapi aku tetap menolaknya”

“Kenapa?”

“Kan ada kau. Kalo aku jadian sama dia. Terus siapa yang mau jalan sama mu nanti”

“Ah! Gombal melulu”

“apa an sih?” nindi tersenyum lebar

Mendadak perasanku jadi gak enak

“Kok aku jadi sebel ya?” ujar nindi

Aku menatap Nindi “iya. Aku juga sebel”

-------------------------------oOo-----------------------------









Apa cuma ini

Apa cuma ini




“Selama tahun 2017 ini apa sih yang udah ku lakukan?”
Gak banyak sih
“Apa cuma ini yang bisa ku lakukan?”
“Kalo kayak gini terus bagaimana mungkin aku bisa naik kelas?”
“Ah aku harus berusaha lagi”

Rasanya sedih banget ketika aku menyadari diriku udah tertinggal jauh dari temen-temen seangkatanku. Rasanya kok ngilu-ngilu gitu, padahal di awal-awal aku udah semangat tapi di akhirnya aku harus menerima kenyataan yang gak enak ini.

Iya aku ngerti, ini semua salahku yang lalai terus.

Dan salah satu penyebab ke lalaianku adalah internet.

Iya internet

Jadi ya gitu. Karena aku termasuk pribadi yang ga bisa diem kalo udah terhubung dengan internet mangkanya aku menyiasati dengan trik sederhana “Matikan internet dan mulai belajar”

“Tapi ada jadwalnya ya? Gak setiap hari dan setiap waktu”

Aku harus mematikan koneksi internet menjelang magrib sampai jam sembilan malam. “ya kira-kira begitulah” namun ceritanya bakal berbeda kalo aku harus bekerja dengan koneksi internet dan akan berbeda pula kalo di hari libur dan akan sangat berbeda kalo aku pulkam.

“Karena di kampung susah sinyal”

Tapi biar bagaimana pun aku tetap harus hati-hati dengan internet, karena kalo udah baca pemberitahuan di sosmed aku bakalan lupa semuanya. Apa lagi kalo udah mantengin channel favoritku di youtube. Wah! bisa tahan semalaman tuh?

Dan pada akhirnya aku kembali ke pertanyaan pertama “Apa cuma ini?”

“Iya, apa cuma ini yang bisa kulakukan dengan internet?”

“Semoga kedepan aku bisa lebih bijak lagi menggunakan internet. Dan semoga aja aku bisa menghasilkan fulus lewat internet. Semoga saja”


-------------------------------oOo-----------------------------
Dia

Dia


Siang itu ada yang berbeda dengan Nindi, selain wajahnya yang cemberut dia juga asik menatap layar ponselnya. Nindi hanya diam, aku yang udah lima belas menitan duduk di depannya jadi merasa bosan. “Kau kenapa sih? Aneh banget hari ini?”

“Gapapa kok” jawab nindi kalem

“Gapapa, tapi kayak gitu, kayak lagi patah hati aja?”

Bari sebentar aku duduk di sebelahnya tiba-tiba datang seorang cowok nyamperin Nindi. “Nindi, bisa ngomong sebentar”

Tanpa menoleh ke arah cowok itu Nindi langsung beranjak dari tempat duduknya sambil menarik tanganku “Kita pergi aja”

“Eh! Apa an nih?” aku bingung

Cowok itu diam membatu, dia membiarkan kami pergi sambil menatap kami dengan tatapan kosong. Saat itu aku hanya bisa mendiuga-duga, mungkin cowok itu lagi patah hati dengan Nindi. Atau jangan-jangan cowok itu adalah mantan pacaranya yang minta balikan?. Entahlah! Aku juga gak ngerti apa yang sedang terjadi.

Kami berhenti di tukang cendol depan gerbang kampus. Nindi mengambil posisi duduk yang teduh lalu memesan dua porsi cendol, padahal aku lagi gak pengen minum cendol. Selain aku gak haus itu juga karena aku masih penasaran dengan apa yang terjadi barusan.

“Eh, kenapa sih?” tanyaku penasaran

Nindi menekuk wajahnya “Gapapa”

“Yaelah, dari tadi ditanyakin jawabnya gapapa, gimana aku bisa tau kalo kau gak ngomong apa apa. Emangnya aku bisa baca hatimu” aku mulai kesal

Pengen rasanya aku meninggal nindi di tukan cendol itu, tapi aku gak tega meninggalkan dia yang lagi galau. “Kalo ada masalah itu ngemeng, jangan mingkem aja. You now?”

Nindi mengangguk “Aku galau di, aku lagi ada maslah?”

“Mangkanya ngemeng dong? Eh! Maksudku ngomong dong?”

Nindi mengambil napas dalam-dalam “iya iya, tapi dengerin ya?”

Aku mengangguk “he em”

Dia pun mulai bercerita “aku itu orang yang gampang percaya sama orang, apa lagi sama orang yang deket sama ku. Meskipun kadang-kadang orang itu sering bohong tapi aku aku masih tetap percaya bahwa setiap orang punya kejujurannya masing-masing”

“berarti kalo aku bohong, kamu percaya dong”

“Iya! Aku percaya. Bohongin aja aku terus” ujar nindi ketus

Aku diem, Nindi melanjutkan ceritanya “Tapi semua berubah sejak dia datang. Dia temen sma ku. Kami memang satu SMA tapi kami mulai dekat ketika semester tiga kemarin, waktu itu dia pindah ke kosan sebalah kos ku. Aku seneng karena pada akhirnya ada juga cowok yang bisa diandalkan di komples kosan kami”
“Mula-mula kami biasa aja, kami mulai dekat karena dia deket dengan temen kosku, Nina. Nina sering kepo nanyain tentang dia, mentang-mentang kami satu SMA bukan berarti aku tau banyak tentang dia. Bahkan tau namanya aja baru waktu itu. Selama SMA aku sama sekali gak pernah ketemu dia, karena dia juga bukan anak yang populer di sekolah”

“Karena sering ketemu, akhirnya kami jadi sering cerita, kami jadi sering ngobrol dan sering berbagi, rasanya gak ada yang sulit saat kami bersama. Aku seneng aja karena akhirnya ada juga anak cowok yang normal di kompleks kami”

“Lho emangnya di kompleks kosan kalian gak ada cowok normal ya?” ujarku menyela

“Bukan gitu. Maksudnya, hampir semua cowok di kompleks kosan kami anaknya aneh-aneh, ada yang suka genit, ada yang malu-malu, ada juga yang gampang ke ge’eran, malah ada yang cueknya gak ketulungan”

Nindi menarik nafas dalam-dalam lagi, lalu melanjutkan ceritanya “Aku masih ingat waktu itu jam dua belas malam, saat itu adalah hari ulang tahunku, dia memberi kejutan yang luar biasa, kejutan yang gak pernah bisa ku lupakan waktu itu. Yang membuatku kagum karena dia berani minta ijin langsung kepada ibu kos kami untuk membuat kejutan itu, rasanya hampir sulit di percaya ibu kos kami yang galak pun bisa di luluhkan olehnya”

Tatapan nindi mulai berbeda seolah-olah dia sedang menggali memori masa lalunya “Dua hari setrelah itu dia menyatakan perasaanya dan kami pun langsung jadian. Rasanya seneng punya cowok sekeren dia. Dia perhatian, baik dengan semuanya dan suka mmeberi kejutan”

“tapi perlahan semua berubah, setahun setelah kami jadian dia terlihat berbeda, dia mulai banyak bohongnya dan bodohnya lagi aku selalu percaya dengan semua kebohongannya. Meskipun orang bilang aku bodoh karena percaya dengan semua omongannya, aku gak peduli, sekali sayang tetap sayang.

Bahkan saat orang-orang bilang dia udah gak sayang lagi karena udah punya pacar baru, aku juga gak peduli. Aku masih tetep percaya padanya, sampai-sampai saat dia di gosipin jalan dengan Nina, aku juga gak percaya. aku lebih percaya padanya”

Mata Nindi mulai berkaca-kaca, dia menggigit bibir bawahnya. Setelah beberapa detik dia melanjutkan “Sampai akhirnya saat itu pun tiba, waktu dia gak bisa di hubungi sama sekali, aku galau, perasaanku gak enak. Tapi temen kos ku tetap menghiburku mereka mengajakku jalan-jalan ke taman kampus berharap suapaya aku bisa senyum kembali. Tapi sesampainya disana hatiku hancur, aku melihatnya berdua dengan Nina.

ah! Aku hampir gak percaya, dia yang ku percaya ternyata diam-diam gandengan dengan temenku sendiri. Aku menghampiri mereka, lalu dia menjelaskan semuanya. Katanya mereka cuma temenan dan lagi curhat, sementara itu Nina hanya tertunduk diam. Dan saat itulah untuk pertama kalinya aku gak percaya padanya. Aku menamparnya lalu pergi meninggalkannya.

Malam harinya dia minta maaf padaku tapi aku masih sulit untuk memaafkannya. Meskipun sulit pada akhirnya aku memaafkannya dan saat itu juga lah aku mengakhiri hubungan kami.

Dua hari setelah kejadian itu, dia pindah kos, diikuti dengan Nina yang pindah kos setelah itu.

Akhirnya semua jelas dan aku pun menghapus semua yang berhubungan dengannya” Nindi menghela nafasnya diiringi dengan menyeka air matanya.

Aku bertanya “Terus kenapa dia dateng lagi?”

“Entahlah di, dia minta maaf lagi dan minta balikan”

“Terus!”

“aku gak mau balikan”

“kan masih bisa di omongin?” jawab ku ketus

“kau mau belain dia?” nindi melotot

“Bukan itu, maksudku kan bisa di omongin kalo kau udah gak mau lagi sama dia. Lagian bilang aja ‘aku mau sendiri’ gitu. Atau apalah gitu, supaya dia gak ngejar-ngejar kau lagi. Kan gak lucu kalo nanti kalian kejar-kejaran di dalam kereta api”

“Eh! Aku udah ngomong tapi dia aj yang gak mau demger”

“Yang iya nya kalian aja yang gak pernah ngomongin ini dengan baik-baik. Coba kalo di omongin baik baik pasti gak kayak gini”

“Isss, kok jadi aku yang di salahkan?”

“Denger ya! Sebaiknya kau ngomong pelan-pelan dengannya, kalian omongin baik-baik dan kalian selesaikan masalah ini. Kalo dia punya otak pasti dia ngerti kok. Kalo dia masih gak ngerti juga dan masih ngejar-ngejar dirimu kita bisa lapor ke polisi”

“tapi, gimana aku bisa ngomong sama dia coba, kalo ketemu dia aja sebel melulu”

“kau kan gak sendiri, kau punya temen. Temen kos mu, temen kuliahmu atau temen cewekmu yang lain kan ada. Minta mereka menemani. Kayaknya gak sulit-sulit amat deh”

“iya deh iya. Makasih ya? Kalo gitu nanti malam bakalan ku omongin dengan temen kos ku”

Aku menghela nafasku, es batu di cendolku udah mulai cair aku buru-buru menghabiskannya. Nindi beranjak dari temapt duduknya lalu membayar cendolnya “aku duluan ya?” ujarnya. 

Aku mengangguk “iya” jawabku

Nindi bergegas meninggalkanku tapi rasanya ada yang kurang saat ia pergi. Beberapa detik kemudian aku baru sadar aku masih tidak tau sia nama cowok yang di sebut “dia”. Dia orang mana? Tinggal dimana? Kuliah dimana? Aku juga gak tau? Bagaiman akalo nanti kita ketemu di jalan? Aku harus apa?

Ah! Sudahlah. Bdoh amat, lagian dia itu siapa?

-------------------------------oOo-----------------------------


Perjalanku masih panjang

Perjalanku masih panjang


“Jangan menyerah yus. Harus semangat”“Iya kau ngerti kok, Harus semangat”Aku tersenyum kecil lalu “Kok rasanya sulit ya?”“Harus semangat Yus”“Iya iya, aku tau. Tapi ini gak mudah tau”

Perjalananku masih panjang katanya sih seperti itu. Mengingat usiaku yang hampir 25 tahun dan belum menikah itu artinya masih ada beberapa fase kehidupan yang belum ku jalani. Nah, ini kalo kita ngomong secara normal ya, artinya kalo usiaku seperti manusia normal pada umumnya. Tapi kalo ternyata usiaku tidak sampai jauh “maka ceritanya beda”

“Okeh kita lanjut”

Jadi ceritanya saat ini aku masih muda, belum menikah dan akan segera menikah. “InsyaAllah”

Dan di masa-masa mudaku yang penuh dengan semangat ini terkadang aku juga mengalami stuck.

Biasanya hal ini terjadi karena kenyataan gak sesuai dengan harapan, harapan yang gak menjadi kenyataan dan kejadian di luar dugaan yang mengecewakan.

“Kebanyakan rencanaku gagal dan berakhir mengecewakan”

Intinya aku masih belum siap menghadapi hal-hal tak terduga yang belakangan muncul begitu saja.

“Apa aku harus menyerah”

“Tidak! Jangan menyerah”

Perjalanan masih panjang masih ada yang harus ku hadapi di masa depan. Kalo di saat ini udah menyerah bagaimana mujngkin kau bisa menghadapi masa depan yang penuh ketidak pastian?

“Apa pun yang terjadi aku harus siap”

Perjalananku masih panjang dan aku membutuhkan bekal untuk masa depan.


“Mumpung masih muda aku harus bergegas mengumpulkan bekal untuk masa depan. Agar kelak aku selamat dan bisa menyelamatkan  orang-orang yang ku cintai”

53. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.54. dan Kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).(Q.S Azzumar : 53-54)




-------------------------------oOo-----------------------------
Gara-gara Anime

Gara-gara Anime



Ketika aku berkunjung ke kosannya Afrial, aku sempet kaget saat melihat anak kecil yang sedang asik nonton FTV. Dengan tatapan yang serius, sepertinya anak kecil itu benar-bener menghayati FTV yang di tontonnya.

Aku cuma bisa geleng-geleng kepala “Eh! Gaswat! Kecil-kecil tontonannya kayak gitu, gimana gedenya nanti?”

“Namanya juga kids zaman now? Ya gitu, tontonannya drama, ftv dan film-film alay” ujar Afrial ketus

“Waduh, mau jadi apa tuh anak?”

Kalo mau jujur sebenernya aku malah lebih seneng nonton anime daripada sinetron. Menurutku anime lebih menarik daripada sinetron. Gak semua anime sih, tapi kebanyakan jalan cerita  anime itu lebih bagus daripada FTV atau pun sinetron.

Siang itu aku buru-buru ke perpustakaan, nyari tempat duduk yang nyaman lalu duduk manis sambil menikmati wifi gratisan. Dengan rasa bahagia aku pun menonton anime kesukaanku tanpa rasa bersalah.

Saat itu pula tiba-tiba nindi dateng mengejutkanku “Suka anime juga ya?”

“Eh!” aku kaget

“Hayooo. Ketahuan” Nindi duduk di sebelahku

“Eh! Kan lebih bagus nonton anime daripada nonton sinetron?”

“Berarti kita sama dong” nindi tersenyum kecil “Film apa an sih ini?”

“Gak tau ya?”

Nindi menggeleng.

Saat itu kami pun terlibat obrolan kecil seputar anime yang ku tonton. Asli, bari kali ini aku ketemu cewek yang suka nonton anime.

Berhubung karena udah jam makan siang dan aku juga udah mulai laper aku pun mengajak Nindi untuk makan siang di kantin sebelah. Kebetulan di sebelah perpustakaan ada kantin yang harganya sangat bersahabat.

Aku gak nyangka Nindi juga suka nonton anime, padahal kebanyakan anak cewek itu kan sukanya dram korea.

“kau kenapa sih sukanya nonton anime, gak nonton drama korea aja, kayak anak cewek pada umumnya” tanyaku menyelidik

“Emmmm, gimana ya. Pokoknya anime itu lebih seru aja gitu”

Nindi ngomongin banyak hal soal anime, mulai anime kesukannya sampe anime yang buat dia nangis.

Aku cuma bisa diem sambil menikmati makan siang. Sesekali aku mengomentarinya, tapi aku lebih banyak diemnya. Sampai akhirnya aku bertanya padanya “Eh, ceritanya kok kamu sering sendirian sih?”

Nindi diem sejenak “Oh! Aku kan memang suka sendirian”. Lalu dia tersenyum kecil dia pun bercerita mengapa dia lebih suka sendirian.

Sejak kejadian di kantin itu aku jadi akrab dengan nindi. Kami jadi sering ketemuan, ngobrol bareng dan berbagi cerita. Sesekali kami nonton bareng dan yang paling penting aku gak sendirian lagi ke perpus.

-------------------------------oOo-----------------------------