Kerikil Kecil - 4 - Setiap orang punya kisahnya masing-masing. Meskipun gak seindah film Disney tapi ini lah kisah kami.

Kerikil Kecil - 4 - Setiap orang punya kisahnya masing-masing. Meskipun gak seindah film Disney tapi ini lah kisah kami.



Mungkin bukan hanya aku yang pernah di tolak sebelum bicara, rasanya itu Udahlah gak usah ku ceritakan pun kalian pasti tau. Gadis itu namanya Lia temen kuliahku yang selama ini ku kagumi, sama-sama anak matematika dan sama-sama tinggal di jalan yang sama, bisa dibilang kosan kami bersebelahan.  Meskipun bukan temen sekelas tapi kami sering ketemu dan sering berbagi cerita. Setelah semuanya berjalan, akhirnya aku memutuskan untuk mengutarakan perasaanku.

Dunia ini terlalu sempit untuk menampung semua keluhan. Lebih baik bersyukur dan mempersembahkan yang terbaik.

Dunia ini terlalu sempit untuk menampung semua keluhan. Lebih baik bersyukur dan mempersembahkan yang terbaik.



Aku mengambil pena dan melanjutkan pekerjaanku “Lima soal lagi”. Belakangan ini aku menyibukkan diri dengan membahas soal matematika SMA. Sambil membahas soal aku menyalakan music favoritku. Pelan-pelan aku membahas soal yang udah kusiapkan, baru lima menit aku merasa kewalahan “Kok gini, aku yang salah apa soalnya yang salah? Kok dari tadi gak dapet jawabannya”.

Kerikil Kecil - 3 - Akhir dari drama putus nyambung. Kalian memang udah putus tapi yang penting kuliahmu jangan sampai putus

Kerikil Kecil - 3 - Akhir dari drama putus nyambung. Kalian memang udah putus tapi yang penting kuliahmu jangan sampai putus



Aku masih menunggu Febri di sudut taman kota sambil menikmati wifi gratis. Sementara itu febri dan pacarnya duduk bareng di tengah taman sambil ngobrolin masalah hubungan mereka. Aku gak tau apa yang mereka omongin yang ku tau dua minggu ini mereka lagi bertengkar hebat. Sebagai teman aku mempertemukan febri dengan pacaranya dan menyarankan agar mereka bicara baik-baik.

Aku baru aja di hadapakan dengan urusan Fauzi kini aku udah dihadapakan oleh urusannya Febri. Udah sejam lebih mereka ngobrol aku udah mulai bosan menunggunya apa lagi cuaca gak mendukung, mendung dan berangin. Taman kota yang tadinya ramai kini makin sepi. Mungkin karena cuaca yang gak mendukung, membuat para pengunjung lebih memilih pulang, apa lagi senja udah semakin dekat. Karena biasanya kalo udah sore arus pulang orang kerja dan pelajar membuat jalan sekitar taman menjadi macet, apa lagi kalo sempat turun hujan.

Tak lama kemudan Febri datang “Ayok kita pulang”

“Udah siap”

“Udah”

“Pacarmu gimana? Pulang sama siapa dianya”

“Sama temennya”

“Perasaan dia dateng sendirian”

“Dia bareng temennya”

“Ooh! Jadi giman hasilnya”

“Nanti ku ceritkan”

***

Hubungan Febri dengan pacaranya sudah berjalan sebelas bulan dan selama sebelas bulan itu udah lima kali mereka putus nyambung. Aku adalah salah satu saksi nyata dalam drama putus nyambungnya Febri. Selama drama putus nyambung ini berlangsung Febri mengalami kegalauan yang dirasakan orang pada umunya, mulai dari males makan, males ngerjain tugas kuliah, suka melamun sampe jadi gak nyambung. Aku ngomongong apa dia jawab apa?

Aku masih inget, waktu itu kami lagi nongkrong di taman kampus sambil menikmati wifi gratis. Dengan kondisi perut kosong kami masih bersabar menanti kedatangan Febri. Setengah jam lebih kami menunggunya dan akhirnya penantian kami pun berbuah senyum ketika dia datang dengan membawa sebuah bingkisan. Tapi senyum kami berubah ketika aku membuka kantung plastik yang dibawa Febri.

“Tadi aku pesen apa bro” tanyaku pada Febri

“Mi Sedap kan? Tiga”

Aku menepuk kepala “Haaduh! Aku memang laper cuy. Tapi gak gini juga” Ujarku lemes

“Terus masaknya dimana?” Tanya Febri dengan lugunya

Andika dan Sofyan menahan tawa

“Tadi kau dari mana sih?” Tanya Sofyan

“Warung nasi” Jawab Febri polos

“Terus kenapa beli mi sedap?” Tanya Sofyan lagi

“Tapi katanya pesen Mi Sedap tiga”

“Oalah! Nasi Padang cuy. Nasi Padang yang sedap Tiga" Sofyan menegaskan dengan nada tinggi

“Lho! Bukannya mi sedap”

Gubrak!

***

Sekitar lima belas menit perjalanan aku dan Febri tiba di kosku. Febri membeli jajanan dan tiga botol minuman bersoda di kedai sebalah kos ku. Tanpa banyak bicara dia masuk kekamarku lalu duduk bersila dan meneguk sebotol minuman bersoda yang baru dibelinya. Fauzi menyambut kedatangan Febri dengan jajanannya mereka pun terlibat obrolan kecil.

Sementara itu aku masih di depan kos sambil ngobrol dengan temen kos ku. Perasanku gak enak, sepertinya Febri bakalan bemawa kabar buruk, hal ini dapat dilihat dari buruknya cuaca magrib ini.

Usai sholat magrib kami duduk-duduk di kamarku dan melanjutkan cerita di taman kota sore tadi. “Jadi gimana hasilnya” tanyaku membuka percakapan

“Oooh! Yang tadi”

“Iya”

Febri menarik nafas dalam-dalam, lalu membuka botol minuman sodanya dan menghabiskanya. “ Ah! Yang tadi kan”

“Iya yang tadi”

“Udah berakhir bro”

“Maksudnya?”

“Gak usah pura-pura nanyak lah”

“Lho! Apanya yang berakhir”

Febri garuk-garuk kepala “Putur bro”

Malam itu hujan turun dengan derasnya, dengan kondisi seperti ini kota medan pasti banjir. Dan malam ini jadi malam yang buruk bagiku, karena hujan yang deras Febri tidur dikosanku, jadi mau gak mau kami harus berbagi kasur untuk Febri. Terbayang olehku bagaimana lasaknya Febri waktu tidur, apalagi setiap lima belas menit posisi tidurnya kerap berubah di tambah lagi dengan suara ngoroknya yang gak kenal ampun.

Sekitar jam tiga malam aku terbagun dari tidurku karena sesak pipis yang gak bisa ku tahan. Hujan masih saja turun namun udah gak sederas tadi malam namun udara masih saja dingin. Febri masih belum tidur matanya masih enggan terpejam, dan  pandangannya fokus pada layar ponselnya.

Aku buru-buru ke toilet setelah urusanku dengan tolet selesai aku kembali kekamar. “belum tidur?” tanyaku pada febri

“gak bisa tidur”

“kenapa? Mikirin dia”

Febri menggaruk-garuk kepalanya

Sepertinya ini akan menjadi waktu yang panjang. “udahlah cuy, gak terlalu usah dipikirin. Hubunganmu dengan dia memang udah putus tapi yang penting kuliahmu jangan sampai putus. Masih ada yang lebih baik, dan masih banyak yang harus kau capai. Jangan gara-gara kau putus dengan pacarmu semangatmu juga putus, kita mahasiswa cuy! Semangat juang kita harga mati, meskipun kita terlahir sebagai rakyat jelata tapi semangat jung kitalah yang membuat kita jadi istimewa”. 

Febri tersenyum kecil lalu menepuk pundakku. “Makasih cuy” dia menarik selimutnya lalu merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya.
-------------------------oOo-------------------------



Yusri dan ceritanya di masa SMA. Ada cerita yang belum selesai.

Yusri dan ceritanya di masa SMA. Ada cerita yang belum selesai.



Jam 06.00 pagi aku udah keluar rumah, lalu  jalan kaki menuju simpang dan menunggu angkot untuk pergi kesekolah. Kalo gak mau ketinggalan angkot dan gak mau duduk di bangku tempel aku harus datang lebih cepat. Bersama beberapa temanku kami udah berdiri di  simpang. Sambil menunggu angkot kami bercerita sambil sesekali bercanda. Begitu angkot datang kami berebut untuk masuk duluan, seperti yang ku bilang tadi yang paling belakangan biasanya duduk di bangku tempel. 

Cerpen malam itu mengubah semuanya.

Cerpen malam itu mengubah semuanya.




Jam sebelas malam, mataku masih enggan terpejam dan jariku masih lincah bergerak menekan keyboard laptopku. Malam ini aku merevisi postingan blogku, beberapa postingan ku edit dan beberapa yang lainnya ku hapus. Sesekali aku diam memperhatikan tulisanku yang masih berantakan. Bingung ngeditnya, karena bahasanya masih kacau balau, tapi justru disinilah aku belajar untuk memperbaiki tulisanku.