Home » Archive for November 2016
Kerikil Kecil - 4 - Setiap orang punya kisahnya masing-masing. Meskipun gak seindah film Disney tapi ini lah kisah kami.
Ditulis
Yusri Arryza
pada Thursday 24 November 2016
Mungkin bukan
hanya aku yang pernah di tolak sebelum bicara, rasanya itu “Udahlah gak
usah ku ceritakan pun kalian pasti tau”. Gadis itu namanya Lia temen kuliahku yang selama ini
ku kagumi, sama-sama anak matematika dan sama-sama tinggal di jalan yang sama,
bisa dibilang kosan kami bersebelahan.
Meskipun bukan temen sekelas tapi kami sering ketemu dan sering berbagi
cerita. Setelah semuanya berjalan, akhirnya aku memutuskan untuk mengutarakan
perasaanku.
Dunia ini terlalu sempit untuk menampung semua keluhan. Lebih baik bersyukur dan mempersembahkan yang terbaik.
Ditulis
Yusri Arryza
pada Sunday 20 November 2016
Aku mengambil
pena dan melanjutkan pekerjaanku “Lima soal lagi”. Belakangan ini aku
menyibukkan diri dengan membahas soal matematika SMA. Sambil membahas soal aku
menyalakan music favoritku. Pelan-pelan aku membahas soal yang udah kusiapkan,
baru lima menit aku merasa kewalahan “Kok gini, aku yang salah apa soalnya yang
salah? Kok dari tadi gak dapet jawabannya”.
Kerikil Kecil - 3 - Akhir dari drama putus nyambung. Kalian memang udah putus tapi yang penting kuliahmu jangan sampai putus
Ditulis
Yusri Arryza
pada Thursday 17 November 2016
Aku
masih menunggu Febri di sudut taman kota sambil menikmati wifi gratis.
Sementara itu febri dan pacarnya duduk bareng di tengah taman sambil ngobrolin
masalah hubungan mereka. Aku gak tau apa yang mereka omongin yang ku tau dua
minggu ini mereka lagi bertengkar hebat. Sebagai teman aku mempertemukan febri
dengan pacaranya dan menyarankan agar mereka bicara baik-baik.
Aku
baru aja di hadapakan dengan urusan Fauzi kini aku udah dihadapakan oleh
urusannya Febri. Udah sejam lebih mereka ngobrol aku udah mulai bosan
menunggunya apa lagi cuaca gak mendukung, mendung dan berangin. Taman kota yang
tadinya ramai kini makin sepi. Mungkin karena cuaca yang gak mendukung, membuat
para pengunjung lebih memilih pulang, apa lagi senja udah semakin dekat. Karena
biasanya kalo udah sore arus pulang orang kerja dan pelajar membuat jalan
sekitar taman menjadi macet, apa lagi kalo sempat turun hujan.
Tak
lama kemudan Febri datang “Ayok kita pulang”
“Udah
siap”
“Udah”
“Pacarmu
gimana? Pulang sama siapa dianya”
“Sama
temennya”
“Perasaan
dia dateng sendirian”
“Dia
bareng temennya”
“Ooh!
Jadi giman hasilnya”
“Nanti
ku ceritkan”
***
Hubungan
Febri dengan pacaranya sudah berjalan sebelas bulan dan selama sebelas bulan
itu udah lima kali mereka putus nyambung. Aku adalah salah satu saksi nyata
dalam drama putus nyambungnya Febri. Selama drama putus nyambung ini
berlangsung Febri mengalami kegalauan yang dirasakan orang pada umunya, mulai
dari males makan, males ngerjain tugas kuliah, suka melamun sampe jadi gak
nyambung. Aku ngomongong apa dia jawab apa?
Aku
masih inget, waktu itu kami lagi nongkrong di taman kampus sambil menikmati wifi
gratis. Dengan kondisi perut kosong kami masih bersabar menanti kedatangan
Febri. Setengah jam lebih kami menunggunya dan akhirnya penantian kami pun
berbuah senyum ketika dia datang dengan membawa sebuah bingkisan. Tapi senyum
kami berubah ketika aku membuka kantung plastik yang dibawa Febri.
“Tadi
aku pesen apa bro” tanyaku pada Febri
“Mi
Sedap kan? Tiga”
Aku
menepuk kepala “Haaduh! Aku memang laper cuy. Tapi gak gini juga” Ujarku lemes
“Terus
masaknya dimana?” Tanya Febri dengan lugunya
Andika
dan Sofyan menahan tawa
“Tadi
kau dari mana sih?” Tanya Sofyan
“Warung
nasi” Jawab Febri polos
“Terus
kenapa beli mi sedap?” Tanya Sofyan lagi
“Tapi
katanya pesen Mi Sedap tiga”
“Oalah!
Nasi Padang cuy. Nasi Padang yang sedap Tiga" Sofyan menegaskan dengan
nada tinggi
“Lho!
Bukannya mi sedap”
Gubrak!
***
Sekitar
lima belas menit perjalanan aku dan Febri tiba di kosku. Febri membeli jajanan
dan tiga botol minuman bersoda di kedai sebalah kos ku. Tanpa banyak bicara dia
masuk kekamarku lalu duduk bersila dan meneguk sebotol minuman bersoda yang
baru dibelinya. Fauzi menyambut kedatangan Febri dengan jajanannya mereka pun
terlibat obrolan kecil.
Sementara
itu aku masih di depan kos sambil ngobrol dengan temen kos ku. Perasanku gak
enak, sepertinya Febri bakalan bemawa kabar buruk, hal ini dapat dilihat dari
buruknya cuaca magrib ini.
Usai
sholat magrib kami duduk-duduk di kamarku dan melanjutkan cerita di taman kota
sore tadi. “Jadi gimana hasilnya” tanyaku membuka percakapan
“Oooh!
Yang tadi”
“Iya”
Febri
menarik nafas dalam-dalam, lalu membuka botol minuman sodanya dan
menghabiskanya. “ Ah! Yang tadi kan”
“Iya
yang tadi”
“Udah
berakhir bro”
“Maksudnya?”
“Gak
usah pura-pura nanyak lah”
“Lho!
Apanya yang berakhir”
Febri
garuk-garuk kepala “Putur bro”
Malam
itu hujan turun dengan derasnya, dengan kondisi seperti ini kota medan pasti
banjir. Dan malam ini jadi malam yang buruk bagiku, karena hujan yang deras
Febri tidur dikosanku, jadi mau gak mau kami harus berbagi kasur untuk Febri.
Terbayang olehku bagaimana lasaknya Febri waktu tidur, apalagi setiap lima
belas menit posisi tidurnya kerap berubah di tambah lagi dengan suara ngoroknya
yang gak kenal ampun.
Sekitar
jam tiga malam aku terbagun dari tidurku karena sesak pipis yang gak bisa ku
tahan. Hujan masih saja turun namun udah gak sederas tadi malam namun udara
masih saja dingin. Febri masih belum tidur matanya masih enggan terpejam,
dan pandangannya fokus pada layar
ponselnya.
Aku
buru-buru ke toilet setelah urusanku dengan tolet selesai aku kembali kekamar. “belum
tidur?” tanyaku pada febri
“gak
bisa tidur”
“kenapa?
Mikirin dia”
Febri
menggaruk-garuk kepalanya
Sepertinya
ini akan menjadi waktu yang panjang. “udahlah cuy, gak terlalu usah dipikirin.
Hubunganmu dengan dia memang udah putus tapi yang penting kuliahmu jangan
sampai putus. Masih ada yang lebih baik, dan masih banyak yang harus kau capai.
Jangan gara-gara kau putus dengan pacarmu semangatmu juga putus, kita mahasiswa
cuy! Semangat juang kita harga mati, meskipun kita terlahir sebagai rakyat
jelata tapi semangat jung kitalah yang membuat kita jadi istimewa”.
Febri
tersenyum kecil lalu
menepuk pundakku. “Makasih cuy” dia menarik selimutnya lalu merebahkan tubuhnya
dan memejamkan matanya.
-------------------------oOo-------------------------
Yusri dan ceritanya di masa SMA. Ada cerita yang belum selesai.
Ditulis
Yusri Arryza
pada Sunday 13 November 2016
Jam 06.00 pagi
aku udah keluar rumah, lalu jalan kaki
menuju simpang dan menunggu
angkot untuk pergi kesekolah. Kalo gak mau ketinggalan angkot dan gak mau duduk
di bangku tempel aku harus datang lebih cepat. Bersama beberapa temanku kami
udah berdiri di simpang. Sambil menunggu
angkot kami bercerita sambil sesekali bercanda. Begitu angkot datang kami
berebut untuk masuk duluan, seperti yang ku bilang tadi yang paling belakangan
biasanya duduk di bangku tempel.
Cerpen malam itu mengubah semuanya.
Ditulis
Yusri Arryza
pada Sunday 6 November 2016
Jam sebelas
malam, mataku masih enggan terpejam dan jariku masih lincah bergerak menekan
keyboard laptopku. Malam ini aku merevisi postingan blogku, beberapa postingan
ku edit dan beberapa yang lainnya ku hapus. Sesekali aku diam memperhatikan
tulisanku yang masih berantakan. Bingung ngeditnya, karena bahasanya masih
kacau balau, tapi justru disinilah aku belajar untuk memperbaiki tulisanku.
Subscribe to:
Posts (Atom)