Dunia ini terlalu sempit untuk menampung semua keluhan. Lebih baik bersyukur dan mempersembahkan yang terbaik.



Aku mengambil pena dan melanjutkan pekerjaanku “Lima soal lagi”. Belakangan ini aku menyibukkan diri dengan membahas soal matematika SMA. Sambil membahas soal aku menyalakan music favoritku. Pelan-pelan aku membahas soal yang udah kusiapkan, baru lima menit aku merasa kewalahan “Kok gini, aku yang salah apa soalnya yang salah? Kok dari tadi gak dapet jawabannya”.


Aku meletakkan penaku lagi, lalu meneguk segelas air putih untuk menenangkan diri “Dari kemarin soalnya sulit melulu. Tapi pasti ada jawabannya”. Aku mengambil penaku lagi dan melanjutkan pekerjaanku. Aku mengambil nafas dalam-dalam kali ini aku harus lebih teliti dan lebih sabar lagi, pasti ada jawabannya”t. Aku masih yakin pasti ada jawabannya. Tapi, sampai tiga puluh menit berlalu aku masih belum menyelesaikan satu soalpun. Tak lama kemudian temenku datang kerumahku, aku pun meletakkan penaku lagi.

Harus kuakui untuk beberapa hal matematika itu memang sulit, tapi sesulit-sulitnya matematika pasti ada penyelesaiannya. Sama halnya dengan hidup ini, kadang-kadang memang sulit tapi pasti ada penyelesaiannya, kalo sampai berlarut-larut gak selesai mungkin saja karena kita yang kurang teliti atau kurang sabar.

Udah setahun lebih aku jadi sarjana, dan hidupku berjalan begitu saja. Hidupku gak banyak berkembang. Alu sadar,hidup ini terlalu sempit jika aku hanya belajar diatas kertas putih. Banyak hal diluar sana yang harus ku pelajari, ada banyak dan gak cukup satu malam untuk mempelajarinya. Aku harus banyak bersabar dan harus lebih giat lagi karena aku gak pernah tau apa yang akan terjadi esok.

Temanku yang baru datang tadi langsung duduk dan bercerita apa adanya, lalu kami saling bercanda sampai akhirnya temenku yang lain datang menyusul. Kami bertiga duduk berhadapan, bercerita sambil sesekali bercanda dan tertawa ringan.Bukan hanya sekedar bercerita dan berbagi senyuman. Sesekali kami mengungkapkan unek-uneknya masing masing.

Lalu kami berhenti bicara, saling diam sampai salah satu dari kami berkata “Ngopi dulu, biar fresh”. Aku menyeduh tiga gelas kopi susu, lalu menghidangkannya diatas meja. Suasana kembali ramai meskipun hanya tiga orang ditambah dengan tiga gelas kopi susu plus obrolan santai.

Kita sama-sama punya cerita dan punya keluhan masing-masing. Tapi apalah gunanya mengeluh panjang kebar kalo kita gak berbuat yang terbaik. Dunia ini terlalu sempit untuk menampung semua keluhan keluhan kita. Lebih baik kita bersyukur dan mempersembahkan yang terbaik untuk hidup ini. Masih banyak yang bisa kita lakukan dan masih banyak yang harus kita selesaikan.

Mulai dari bangun sampai tidur lagi, entah sudah berapa banyak keluhan yang terucap. Seandainya semua keluhan-keluhan itu diganti dengan ungkapan rasa syukur mungkin semuanya akan menjadi lebih baik. Okeh! Kita sama-sama punya masalah untuk diungkapan. Dan itu gak salah, yang salah itu kalo mengeluh terus-terusan sampai menghambat produktifitas. Yakinlah, orang-orang disekitar kita pasti akan bosan mendengar keluhan kita terus.

-------------------------------oOo-------------------------------







Blogger
Disqus

No comments