Cita – Citaku waktu itu

Cita – Citaku waktu itu



Sepuluh tahun yang lalu tepatnya di tahun 2007, waktu itu aku masih kelas VIII di MTsN Pematang Siantar. Dan kalian tau? Cita-citaku waktu itu sangat sdehana aku pengen jadi dokter spesialis jantung. 

Aku gak bohong “Dokter Spesialis Jantung”

Tapi itu dulu, sepuluh tahun yang lalu, nyatanya sekarang aku berdiri sebagai seorang guru.

“Alhamdulillah” saat itu adalah masa-masa yang baik untukku. Karena waktu itu Aku salah satu siswa yang dapet rangking di kelasku. Meskipun gak yang terbaik tapi bisa di bilang “memusakan”.

Tetapi semua beubah sejak aku kelas X. Aku harus menerima kenyataan pahit kalo aku merinding melihat darah yang mengucur. Sampai aku bergumam “Gimana mau jadi dokter spesialis jantung liat darah aja takut”. Tapi aku masih tetap bisa tenang.

Seperti kata Soekarno, “Gantungkan mimpi mu setinggi langit kalo kamu jatuh kamu akan jatuh diantara bintang”

Aku yang merasa gagal sejak dini akhirnya merasa jath diantara bintang.

Tahun 2008 menjadi tahun yang menarik bagiku, di tahun itu aku bertemu dengan Ayat-ayat Cinta dan Laskar Pelangi. Sejak saat itu semuanya berubah “Aku pengen jadi penulis”.

-------------------------------oOo-----------------------------

Pertanyaan siang itu

Pertanyaan siang itu



Aku paling sebel kalo di tanyak “Siapa pacarmu sekarang yus?”
Atau “Sama siapa sekarang kau Yus?”
Apa lagi kalo di tanyak “Kapan nikah?”

Meskipun kerap di tanya dengan gaya bahasa yang berbeda-beda, mimik wajah yang berbeda-beda dan orang yang berbda-beda aku tetap aja merasa sebel. Rasanya itu kok kesel bangat ya? kayak gak ada pertanyaan lain aja.

Sebenernya pertanyaan kayak gitu gak ada yang salah, aku-nya aja yang bermasalah atau aku yang gak nyaman dengan pertanyaan seperti itu.

Mungkin aja karena di lingkungan temnpat tinggalkuku banyak orang yang seumuranku udah nikah. Jadi mau gak mau aku akan dapet pertanyaan “Kapan nikah?” pertamnyaan sederhana yang sering muncul belakangan ini.

Aku pengen sedikit cerita, tahun 2015 yang lalu seorang siswaku pernah bertanya “Bapak kapan nikah?”

kalo udah di tanyak kayak gitu aku senyum aja “Nanti kalo bapak nikah, bapak undang deh”.

Dia diem, tapi kayaknya di masih gak puas dengan jawabanku. Entah bagaimana dia pun sering bertanya demikian “bapak kapannya nikah. Biar kami dateng ke nikahan bapak?”

Akhirnya dengan senyum aku menjawab “nanti kalo kalian udah kelas tiga (Kelas XII)”
“Bener ya pak”
“Iya”

Waktu berlalu dan terus berlalu sampai pada akhirnya tibalah tahun 2017. Siswaku tadi udah kelas XII atau kelas tiga SMA. Waktu itu masih sibuk-sibuknya acaa 17-an di sekolah kami.. Entah bagaimana waktu itu kami terlibat obrolan kecil. Saat itu tiba-tiba aja dia bilang “Pak, kami kan dah kelas tiga katanya kalo kami udah kelas tiga bapak mau nikah”

Jleb! Aku diam “Iya pulak ya, nanti lah. Nanti kalo bapak nikah bapak undang lah”

“Betul lah pak”

“Iya” jawabku meyakinkan.


Dengan buru-buru aku meninggalkan siswaku tadi.

Lain kali  kalo siswaku nanyak “Bapak kapan nikah?” aku harus jawab apa ya? apa perlu ku jawab “Kalo kalian udah lulus?” Ah! Sudahlah, yang terjadi terjadilah.

-------------------------------oOo------------------------------




Walking Alone

Walking Alone



Pernah denger lagunya Grenday-Walking Alone? Pasti pernah. Nah! kali ini aku bukan mau ngomongin lagunya Grenday yang berjudul Walking Alone yang bisa diartikan jalan sendirian.

“Terus kau mau ngomongin apa?”
“Aku cuma pengen ngomongin Walking Alone aja”

Sejak aku tinggal sendirian hidupku sedikit berubah, mulai dari bersih-besih sampai makan-makan semuanya lebih sering ku lakukan sendirian. Nah! Kalo teman-temenku bilang aku seperti jomblo ngenes. Jomblo yang melakukan apapun sendirian, termasuk jalan pun sendirian.

“Terserah kalian lah! Mau bilang jones atau apa pun itu terserah dah”

Hidup terus berjalan, mau gak mau aku harus terus bergerak meskipun harus sendirian. Aku harus terus berjalan meskipun sendirian. Memang iya, gak banyak yang bisa ku lakukan saat aku jalan sendirian. Tetapi dengan jalan sendirian aku jadi tau jalan dan bisa menentukan jalanku sendiri. Aku gak selalu bergantung dengan orang lain untuk menentukan kemana aku harus berjalan dan gak harus bergantung dengan orang lain untuk mnentukan jalanku.

Belakangan ini ada yang bilang walking alone atau jalan sendiri itu seperti seorang pemuda yang melakukan segala sesuatunya sendirian, atau anak muda yang berjuang sendiri untuk meraih impiannya, bisa juga jones yang melakukan apa pun sendirian. Mau yang mana terserah kalian saja.

Sampai sejauh ini aku masih jalan sendirian untuk mengejar mimpi-mimpi ku. Mimpi mimpi kecil yang udah lama gak bersinar dan mimpi-mimpi kecil yang pernah ku abaikan. Mungkinkah aku mewujudkannya? Entahlah! aku gak tau apakah berhasil atau gagal. Yang aku tau biar bagaiman pun jangan pernah berhenti, apalagi sampai mundur. Teruslah melangkah kedepan meskipun semuanya pergi dan tinggal sendirian. “Karena kalau kita mengerti, kita gak akan pernah bener-bener sendirian. Cuma perasaan kita aja yang merasa sendirian”.

-------------------------------oOo-----------------------------

Aku Makin Kurus

Aku Makin Kurus




Ketemu Sodara waktu nikahan kakak sepupu
            “Kok habislah badanmu nak”
Main-main kerumah uwak
“Makin kuruslah kau yus”
Ketemu temen kuliah
“Makin kurus aja kau yus”
Ketemu temen SMA
“Kurus kali kau yus
Pulang kampung
“Kok makin kurus kau yus”
Katemu teman sekampung
“Kurus kali kau yus”
Waktu arisan keluarga
            “Kurus kali lah kau yus”
Ketemu adik kelas waktu kuliah
“Abang Kurusan ya”

Akhirnya lengkaplah sudah, tahun 2017 ini aku makin kurus. Bukan kelihatan kurus lagi, aku memang makin kurus, badanku habis, berat badanku pun berkurang. Sampe mamak ku bilang “Mamak heran, kok makin kurus lah kau yus” Jangan kan mamak, aku juga heran kenapa aku bisa kurus gini.

Bagi orang yang udah lama gak ketemu aku mungkin bisa melihat dengan jelas perubahan fisikku. Aku memang bener-bener makin kurus di bandingkan tiga tahun yang lalu. Sangking kurusnya, aku sampe sering di ledekin oleh orang tua disekitarku. Entah itu sodara tetangga, temen ngajar dan yang lainnya.

“Nanti kalo udah nikah kau pasti gemuk, mangkanya yus cepat nikah”
“waduh!” kalo udah kayak gini aku lebih memilih diam.

Kalo ngomongin soal fisik, aku juga gak pengen kurus kayak gini. Aku juga pengen punya fisik yang bagus, gak usah pun sampe sixpath sampe ideal aja udah cukup. Karena kalo melihat kondisi fisikku yang sekarang aku masih belum bisa di katakan ideal.

Mungkin pola hidupku yang gak teraturlah yang membuatku makin kurus, mualai dari sering begadang jujur ya paling cepat aku tidur itu jam 12 malam, kadang sampe jam tiga-an baru tidur. Meskipun masuk pagi aku masih saja sering tidur jam tiga-an . “Apa gak ngantuk?” Jawabannya enggak, karena aku punya penangkalnya.

Terus soal makan, aku masih tetap makan tiga kali sehari meskipun telat mulu kadang jam 11 pagi baru sarapan dengan porsi anak SD, karena jam segini udah males mau makan. Makan siangnya jam tiga sore, kalo ini porsi besar, terus makan malamnya sekitar jam  10 sampe jam 12 malam sebelum tidur.

Dari awal aku sudah menyadari kebiasaan ini bakalan gak sehat untukku. Akibat buruknya juga sudah ku alami, aku bukan hanya makin kurus, tapi juga makin ringkih.

Berhubung karena aku makin ringkih, Jadi aku pengen mengubah pola hidupku agar menjadi lebih sehat lagi. Hidup lebih teratur dan lebih baik lagi. Cuma pengen lebih sehat aja, soal gemuk atau tidaknya itu nanti aja.

-------------------------------oOo-----------------------------

Mumpung masih muda

Mumpung masih muda



“Masih muda kok males-malesan. Sayang loh waktunya terbuang”

Banyak orang tua yang menyayangkan kebiasaan anak muda yang sukanya molor melulu. Molor diatas tempat tidur dan molor di depan gadget. Kebiasaan molor ini membuat anak muda jadi males, gak produktif dan gak berkarakter.
Gak akan menjadi lebih baik

Gak akan menjadi lebih baik



“Waduh! Masalah lagi. Kok gini terus sih?”

Aku mengeluh lagi, dari tadi kok bawannya ngeluh terus ya? apa ada yang salah denganku?

Aku ngerti kok mengeluh itu gak bagus untuk kesehatanku, tapi melihat kondisi yang gak sesuai ekspektasi ini terkadang membuatku menjadi gak nyaman dan akhirnya aku mengeluh lagi.
Dirumah kecil ini

Dirumah kecil ini




Sejak Agustus 2016 aku tinggal di sebuah rumah kontrakan yang tidak jauh dari tempatku mengajar. Dan sejak saat itu pula hidupku banyak brubah. Disini, di rumah kecil ini, mau gak mau aku harus survive untuk bener-bener hidup supaya hidupku bener-bener hidup. Seperti kata orang jawa “urip iku urup”, “Hidup itu menyala”

Tentang mimpi itu dan selembar kertas yang penuh coretan

Tentang mimpi itu dan selembar kertas yang penuh coretan



Aku pernah merangkai mimpi-mimpiku di selembar kertas, entah karena karena apa dan entah terinspirasi siapa aku pun gak ingat. Waktu itu, aku menuliskannya pada selembar kertas, kemudian ku salin dengan rapi di buku tulis.

Gak ada pikiran macem-macem waktu itu, misalnya susahnya tantangan yang akan ku hadapi atau masalah yang akan muncul saat aku memperjuangkan mimpi-mimpi itu. Pokoknya apa pun yang menjadi impianku ku waktu itu ku tulis dengan rapi di buku itu.

Waktu itu Mei 2017 (Karena tanggalnya masih tertulis di buku itu) aku menulis semuanya pada buku itu. Tapi sayangnya saat aku kuliah aku melupakan buku itu dan tulisan yang ada pada buku itu, termasuk mimpi-mimpiku yang ku rangkai waktu itu. Hingga akhirnya beberapa tahun setelah itu (tepatnya setelah aku wisuda tahun 2015) aku membuka buku itu, dan hasilnya aku merinding sendiri.

Dan sejak saat itu sampai tulisan ini ku buat aku gak berani membuka buku itu, kecuali beberapa lembar halaman tertentu yang isinya tetang motivasi yang kuambil dari Ayat Al-Quran.


Sebenernya harapan itu masih ada, dan aku masih ingin mewujudkan mimpi-mimpiku, meskipun gak semuanya. Paling tidak satu atau dua bisa ku wujudkan. Namun kadang-kadang aku lebih memilih diam dari pada bergerak untuk memperjuangkannya. Kenapa? Kadang-kadang aku merasa ragu dengan keputusan yang kuambil. “benarkah ini?” dan perasaan ragu inilah yang membuatku kacau.

Diam terlalu lama itu gak bagus, aku ngerti kok. Cuma kadang-kadang aku gak ngerti juga, aku harus ngapain lagi dan harus bagaimana? Entahlah?! Semakin lama ku kerjain kok kayaknya semakin buntu aja. Gak ada tanda-tanda berhasil atau gimanaa gitu.

Yaa pada akhirnya aku diem lagi. Sempet juga pengen ngulangi semua yang bisa diulang, namun mengingat waktu yang terus berjalan, akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjuanganku meskipun penuh dengan tanda tanya.

Kalo di hitung-hitung selama ini aku udah melakukan banyak kesalahan, baik yang tersirat mau pun yang tersurat dari yang kecil sampai yang paling besar. Dan pada titik ini aku menjadi bimbang, antara melanjutkan langkahku atau putar balik lalu memulai langkah yang baru.

Sampai akhirnya di titik ini aku mencoret kertas lagi, membuat langkah-langkah baru. Sama seperti yang ku lakukan di tahun 2010 lalu. Merangkai mimpi tau apalah itu namanya. Tapi kali ini semuanya ku sederhanakan “seperti menyederhanakan bentuk akar pada matematika”.

“Gak banyak yang ingin ku capai, kali ini aku hanya ingin memperbaiki diriku dan menemukan jalanku yang sebenarnya”

Dan satu lagi “meninggalkan rasa ragu”

Akhirnya kertas ini udah penuh dengan coretan. Sepertinya aku memang harus bergegas untuk memperbaiki semuanya. Sekarang juga!


-------------------------------oOo-----------------------------