Pertanyaan siang itu
Aku paling sebel kalo di tanyak “Siapa
pacarmu sekarang yus?”
Atau “Sama siapa sekarang kau Yus?”
Apa lagi kalo di tanyak “Kapan nikah?”
Meskipun kerap di tanya dengan gaya
bahasa yang berbeda-beda, mimik wajah yang berbeda-beda dan orang yang
berbda-beda aku tetap aja merasa sebel. Rasanya itu kok kesel bangat ya? kayak
gak ada pertanyaan lain aja.
Sebenernya pertanyaan kayak gitu gak
ada yang salah, aku-nya aja yang bermasalah atau aku yang gak nyaman dengan
pertanyaan seperti itu.
Mungkin aja karena di lingkungan
temnpat tinggalkuku banyak orang yang seumuranku udah nikah. Jadi mau gak mau
aku akan dapet pertanyaan “Kapan nikah?” pertamnyaan sederhana yang sering
muncul belakangan ini.
Aku pengen sedikit cerita, tahun 2015
yang lalu seorang siswaku pernah bertanya “Bapak kapan nikah?”
kalo udah di tanyak kayak gitu aku
senyum aja “Nanti kalo bapak nikah, bapak undang deh”.
Dia diem, tapi kayaknya di masih gak
puas dengan jawabanku. Entah bagaimana dia pun sering bertanya demikian “bapak
kapannya nikah. Biar kami dateng ke nikahan bapak?”
Akhirnya dengan senyum aku menjawab
“nanti kalo kalian udah kelas tiga (Kelas XII)”
“Bener ya pak”
“Iya”
Waktu berlalu dan terus berlalu sampai
pada akhirnya tibalah tahun 2017. Siswaku tadi udah kelas XII atau kelas tiga
SMA. Waktu itu masih sibuk-sibuknya acaa 17-an di sekolah kami.. Entah
bagaimana waktu itu kami terlibat obrolan kecil. Saat itu tiba-tiba aja dia
bilang “Pak, kami kan dah kelas tiga katanya kalo kami udah kelas tiga bapak
mau nikah”
Jleb! Aku diam “Iya pulak ya, nanti
lah. Nanti kalo bapak nikah bapak undang lah”
“Betul lah pak”
“Iya” jawabku meyakinkan.
Dengan buru-buru aku meninggalkan
siswaku tadi.
Lain kali kalo siswaku nanyak “Bapak kapan nikah?” aku harus
jawab apa ya? apa perlu ku jawab “Kalo kalian udah lulus?” Ah! Sudahlah, yang
terjadi terjadilah.
-------------------------------oOo------------------------------