Tentang mimpi itu dan selembar kertas yang penuh coretan
Aku pernah merangkai mimpi-mimpiku di
selembar kertas, entah karena karena apa dan entah terinspirasi siapa aku pun
gak ingat. Waktu itu, aku menuliskannya pada selembar kertas, kemudian ku salin
dengan rapi di buku tulis.
Gak ada pikiran macem-macem waktu itu,
misalnya susahnya tantangan yang akan ku hadapi atau masalah yang akan muncul
saat aku memperjuangkan mimpi-mimpi itu. Pokoknya apa pun yang menjadi impianku
ku waktu itu ku tulis dengan rapi di buku itu.
Waktu itu Mei 2017 (Karena tanggalnya
masih tertulis di buku itu) aku menulis semuanya pada buku itu. Tapi sayangnya
saat aku kuliah aku melupakan buku itu dan tulisan yang ada pada buku itu,
termasuk mimpi-mimpiku yang ku rangkai waktu itu. Hingga akhirnya beberapa
tahun setelah itu (tepatnya setelah aku wisuda tahun 2015) aku membuka buku
itu, dan hasilnya aku merinding sendiri.
Dan sejak saat itu sampai tulisan ini
ku buat aku gak berani membuka buku itu, kecuali beberapa lembar halaman
tertentu yang isinya tetang motivasi yang kuambil dari Ayat Al-Quran.
Sebenernya harapan itu masih ada, dan
aku masih ingin mewujudkan mimpi-mimpiku, meskipun gak semuanya. Paling tidak
satu atau dua bisa ku wujudkan. Namun kadang-kadang aku lebih memilih diam dari
pada bergerak untuk memperjuangkannya. Kenapa? Kadang-kadang aku merasa ragu
dengan keputusan yang kuambil. “benarkah ini?” dan perasaan ragu inilah yang
membuatku kacau.
Diam terlalu lama itu gak bagus, aku
ngerti kok. Cuma kadang-kadang aku gak ngerti juga, aku harus ngapain lagi dan
harus bagaimana? Entahlah?! Semakin lama ku kerjain kok kayaknya semakin buntu
aja. Gak ada tanda-tanda berhasil atau gimanaa gitu.
Yaa pada akhirnya aku diem lagi. Sempet
juga pengen ngulangi semua yang bisa diulang, namun mengingat waktu yang terus
berjalan, akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjuanganku meskipun penuh
dengan tanda tanya.
Kalo di hitung-hitung selama ini aku
udah melakukan banyak kesalahan, baik yang tersirat mau pun yang tersurat dari
yang kecil sampai yang paling besar. Dan pada titik ini aku menjadi bimbang,
antara melanjutkan langkahku atau putar balik lalu memulai langkah yang baru.
Sampai akhirnya di titik ini aku mencoret
kertas lagi, membuat langkah-langkah baru. Sama seperti yang ku lakukan di
tahun 2010 lalu. Merangkai mimpi tau apalah itu namanya. Tapi kali ini semuanya
ku sederhanakan “seperti menyederhanakan bentuk akar pada matematika”.
“Gak banyak yang ingin ku capai, kali
ini aku hanya ingin memperbaiki diriku dan menemukan jalanku yang sebenarnya”
Dan satu lagi “meninggalkan rasa ragu”
Akhirnya kertas ini udah penuh dengan
coretan. Sepertinya aku memang harus bergegas untuk memperbaiki semuanya. Sekarang
juga!
-------------------------------oOo-----------------------------