PR dan Contekan
“Iyz, jangan PR napa Pak”
Jam pelajaranku hampir selesai, aku
memberikan PR kepada siswaku. Beberapa ada yang semangat karena menganggap PR
adalah tantangan yang harus diselesaikan. Dan beberapa yang lain mengeluh
katanya “Semua ada PR” “Banyak kali pun PR nya”. Aku tau apa yang mereka
rasakan jauh sebelum mereka merasa terbebani oleh PR sekolah aku udah duluan
merasakan beratnya PR sekolah.
Harus ku akui. Waktu aku masih sekolah
PR adalah momok yang mengerikan bagi sebagian siswa. Tapi bagi siswa yang
lainnya PR adalah suplemen yang baik untuk kesehatan otak. Beberap yang lain
bahkan sadar bahwa dengan menyelesaikan PR nilainya akan diangkat oleh guru
yang bersangkutan.
Aku masih ingat, waktu itu aku sering
bertanya tanya mengapa harus ada PR, dan di waktu yang lian salah seorang guruku
berkata dengan tegas “Supaya kalian belajar di rumah. Kalo gak di kasi PR pasti
kalian gak belajar dirumah”. Aku merasa jawaban itu benar tapi aku masih kurang
puas dengan jawaban itu. Rasanya terlalu klasik jika menganggap siswa
yangmengerjakan PR pasti belajar dirumah.
“Eh! kau udah siap PR belum?
“Apa ada PR?”
“Adalaah!”
“PR Matematika!”
“Gawat kita! jam pertama pulak tu! Kau
udah siap belum!”
“Belum juga! Ayok cepatlah liat punya si
xxx aja kita, kayaknya dia udah siap tuh?”
Harus kuakui guruku itu bener. Aku gak
belajar kalo gak ada PR, tapi kenyatanya saat itu aku lebih sering mencontek
dari pada mengerjakan PR sendiri. Bagi anak sekolah kayak aku (waktu itu
sekarang enggak) mencontek adalah bentuk rasa setia kawan yang tinggi.
Bagaimana tidak, usaha keras yang di lakukan untuk menyelesaikan PR harus rela
ia berikan kepada orang lain. Gak semu orang lho bisa kayak gitu.
Bukan mau mendukung gerakan mencontek.
Aku cuma mau bilang dari generasi ke generasi mencontek adalah bagian dari
kisah anak sekolah yang gak akan pernah habis di bahas. Ada banyak anak sekolah
yang suka mencontek, mungkin itulah yeng menyebabkan sekarang banyak barang
bajakan. Mungkin si pembajak adalah pencontek yang ulung di zamannya.
Sebagai siswa yang menjaga perasaan guru
yang bersangkutan, tentunya aku dan kawan-kawan tidak mencontek di depan guru
yang bersangkutan dan berusaha agar guru yang bersangkutan tidak tau aku
mencontak dengan siapa dan siapa aja yang moncentek. Dan sebagai pencontek yang
baik tentuntunya gak semua jawaban temenku ku Copy – Paste gitu aja. Redaksinya kami buat berbeda biar gak
kelihatan nyontek. Dan khusus eksak biasanya aku menyusun jawabannya dengan
gayaku sendiri sendiri dan ku pastikan susunannya berbeda.
Tapi yang namanya guru professional,
kayak mana pun editan contekanku pasti ketahuan juga. Wali kelasku di kelas X
dulu pernah bilang “Esak itu kalo salahnya sama pasti mencontek, karena gak
orang punya kesalahan yang sama kalo gak dilakukan bareng-bareng”. Yapz! Wali
kelasku benar kalo jawaban salahnya sama pasti ketahuan menconteknya “Biarlah
dari pada gak siap”
“Bukan itu jawabannya cuy”
“Biar aja salah yang penting hasil
sendiri”
Gak semua orang memilih jalan mencontek,
justru di tengah-tenagah kerumunan siswa pencontek yang rajin datang pagi
menunggu contekan masih ada segelintir siswa yang sadar bahwa mencontek itu gak
baik untuk kesehatan otak dan hati. Mereka menyadari betul bahwa hasil sendiri
itu lebih baik meskipun nilainya kecil karena dengan demikian kita bisa
mengetahui sampai dimana kemampuan kita dan bagaian apa yang harus kita
perbaiki.
Jujur aja gara-gara mencontek aku jadi
gak tau apa-apa, bahkan aku ngenes waktu ujian. Pasalnya aku sama sekali gak
ngerti harus jawab apa. Padahal soalnya gak jauh-jauh ari PR yang di kasi
guruku. “Wah! Ini kan soal yang kemarin, apa ya jawabannya. Aduuh lupa lagi”
Mencontek bukanlah budaya yang baik.
kita sama-sama punya waktu 24 jam sehari semalam, tapi mengapa temen sekelas
kita bisa menyelsaikan semua PR nya. Apa yang salah dari semua itu? Apakah dia
punya wakt 25 jam sehari semalam? Ata dia punya PR yang lebih sedikit? Tidak?
Hanya saja kita belum bisa mengatur waktu dengan baik dan masih malas belajar.
“Udahlah! Kerjaian aja sendiri. Nanti
juga kelihatan hasilnya”
“Banyak kalo bro!”
“Santai bro! ga ada yang salah dari
semua PR itu yang salah itu dirimu, kenapa kamu males ngerjain PR?”
Mulai sekarang berhentilah mencontek, selesaikan
aja sendiri, salah atau benar itu urusan belakangan yang penting udah berusaha
menyelesaikannya. Percaya aja, gak semua itu pasti ada hasilnya. Usaha yang
baik pasti akan menghasilkan kebaikan.dan yakinlah gak semua masalah bisa
diselesaikan dengan mencontek kadang-kadang waktu pelajaran B.Indonesia aku
harus berpikir keras “Disuru mengarang cerpen judul dan isi nya gak boleh
sama”. “Gawaat!!”
Jangan mencontek melulu. Belajarlah
untuk “mencontoh” yang baik bukan “mencontek” yang baik. Harus di ingat
“mencontoh” dan “mencontek” itu beda, mangkanya dalam buku apa pun gak ada yang
namanya “contek” soal yang ada “contoh” soal.
Bagi para Pelajar, semangat terus
ngerjain PR nya, semangat Belajar dan jangan Mencontek! Karena Negeri ini harus
di bangun dengan ilmu dan amal yang baik, bukan dengan contekan. Mau dibawa
kemana Negara ini kalo anak mudanya pada mencontek semua.
-------------------------------oOo-------------------------------