Ketika malam tiba
pada Tuesday 13 June 2017
Malam
datang lagi, begitu cepat seperti biasanya. Aku masih belum menyelesaikan
pekerjaanku.
Tugasku masih menumpuk, itu karena aku suka menunda.
“Nantilah” “Ntar lagi” dan pada akhirnya tak satu pun yang ku kerjakan. Hingga pada akhirnya aku menyesal “mengapa tidak ku kerjakan tadi”. Hal seperti ini
selalu saja berulang sapai akhirnya aku bener-bener menyadari “Aku harus
berhenti menunda”
Tak ada
yang istimewa, seperti pada malam-malam pada umunya. Aku selalu memipikan hal
yang sederhana.
Aku tak berharap banyak, setiap malam harapanku sederhana
saja “Semoga esok aku bisa lebih baik lagi”. Namun harapan yang sederhana itu
selalu hancur dengan omong kosongku sendiri “males ah” “nanti aja”. Bagaimana
aku bisa menjadi lebih baik kalo omong kosong seperti itu tak ku hentikan.
Namun
malam itu berkata lain, aku harus jujur pada diriku sendiri tentang kemarin dan
hari ini.
Malam ini aku termenung panjang. Tidak seperti malam
biasanya. Rasanya ada yang mengganjal pikiranku “Setiap hari seperti ini, mau
jadi apa aku nanti”. Aku mulai gelisah “Pekerjaan kemarin ku tunda dan ku
selesaikan hari ini” “Meskipun tidak telat, tetapi aku selalu menyelesaikan
tugasku di akhir waktu” “Mau sampai akapan begini?”.
Kedengarannya
sederhana, tapi malam itu menuntutku untuk jujur.
“Jujur saja aku gak pengen kayak gini. Aku harus
memperbaiki kebiasaanku”. Kebiasaan buruk yang kecil jika ku lakukan terus
menerus ternyata merepotkanku juga dan malam itu aku bertekad untuk menghapus
kebiasaan burukku perlahan lahan. Mengutip kata bijak dari Seneca “Ketika kita menunda-nunda,
ingatlah bahwa hidup terus berjalan”. Ya, beliau benar hidup terus berjalan
semakin sering aku menunda artinya semakin berat beban hidupku nanti
Malam
itu aku masih diam dan tak ingin semuanya berlalu begitu saja.
Aku jadi ingat apa yang di katakan Ali bin Abi Thalib “Balas
dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik”. Aku harus menjadikan
diriku lebih baik dari sebelumnya, lagi pula siapa lagi yang akan menjadikan
diriki lebih baik kalau bukan aku sendiri?
***