Impianku Waktu itu
pada Monday 19 June 2017
Aku
masih inget waktu itu aku pengen jadi dokter spesialis jantung. Dengan semangat
apa adanya aku pun belajar dengan giat.
Siapa sih yang gak punya impian. Bahkan orang yang tak
pernah sekolah sekalipun pasti punya impian. Begitu juga denganku waktu itu.
Terinspirasi dari guru kimiaku waktu kelas VIII mendadak aku pengen menjadi dokter spesialis jantung. Bukan karena penghasilannya banyak, tetapi menurut yusri kecil waktu itu menjadi dokter spesialis itu keren. Bisa dibilang cool abis. Gara-gara itu aku bertekad
untuk belajar dengan baik, dan terbukti sih dengan jadi juara kelas waktu itu.
Namun
akhirnya aku sadar perjuanganku tak semudah yang ku bayangkan. Akhirnya aku
harus memilih.
Di usiaku yang semakin bertambah dan jenjang pendidikanku
yang semakin meningkat. Aku menyadari satu hal. Mencapai sebuah impian gak
semudah itu, butuh perjuangan yang maksial. Sayangnya waktu itu aku bukan anak
yang rajin. Jadi, mimpiku menjadi dokter spesialis jantung pun ku akhiri.
“Terus aku harus jadi apa?”
“Tenang, jangan panik. Mumpung asih muda masih ada
kesempatan yang lain”
Aku gak
tau harus menjadi apa, tapi di usiaku yang masih 16 tahun bermimpi menjadi hal
yang indah, dan meraih mimpi yang sempurna adalah hal yang tak mudah.
Aku tau meraih impian yang sempurna tidaklah mudah. Butuh
pengorbanan dan perjuangan yang keras, harus gigih dan semangat. Sayangnya waktu
itu aku bukanlah pemuda yang gigih, aku banyak malesnya dan cenderung mencari
jalan pintas. Aku yang banyak malasnya menyadari bahwa sikap malasku ini gak
bagus untuk hidupku (jadi jangan ditiru atau kalian akan menyesal seumur hidup).
Karena aku sudah memutuskan untuk berhenti bermipi menjadi dokter spesialis
jantung maka aku harus melengkapi hidupku dengan mimpi kecil yang lain.
Sampai
akhirnya aku bertemu dengan salah satu novel yang mengisnpirasiku. Meskipun tak
sempat ku miliki dan tak sempat ku baca sampai selesai tapi aku bener-benar
terinspirasi dari penulisnya.
Waktu itu tahun 2009, masih hangat-hangatnya film
ayat-ayat cinta yang diadaptasi dari novel ayat-ayat cinta karya Habiburahan El
Shirazy. Gara-gara nonton filmnya dan tertarik dengan novelnya aku jadi pengen
menjadi penulis. Waktu itu Yusri muda yang masih berusia 16 tahun punya pikiran
sederhana, “menulis buku dan di filmkan”. Aku mengerti menulis cerita yang
bagus tidaklah mudah karena itu aku belajar menulis cerita. Meskipun hanya
konsumsi pribadi tetapi aku masih saja menulis karena waktu itu masih belum pede
dengan tulisan sendiri.
Entah
karena apa aku memilih menjadi penulis sebagai mimpi kecilku untuk melengkapi
mimpiku yang belum sempurna.
Menjadi penulis adalah salah satu mimpi kecilku yang
sampai sekarang belum padam pikiran sederhanaku waktu itu “menulis buku dan di
filmkan” menjadi inspirasi tersendiri bagiku. Namun aku yang masih muda ini pun
kembali harus berpikir lebih sederhana lagi, “tak perlu menjadi penulis yang
hebat atau semacanya cukup tulis dan selesaikan, meskipun tak di baca orang yang
penting jangan berhenti”.
Meskipun
tak pernah ku tekuni dengan serius namun mimpi kecilku itu ternyata masih
menyala sampai sekarang.
Jujur aja, karena aku masih menganggapnya sebagai mimpi
kecil yang sederhana kadang-kadang aku melupakannya dan berhenti menulis. Kalo
lagi semangat-seangatnya aku akan menulis apa aja, tapi kalo udah males
“yaudah”, gitu aja “yaudah”. Tapi anehnya sampai usiaku 24 tahun mimpi kecilku
itu masih menyala. Aku jadi ingin terus menulis.
Sampai
akhirnya aku ketemu blogger dan belajar untuk menyepurnakan mimpi kecil itu, dan
... entahah entah apa yang akan terjadi esok.
Waktu aku kuliah aku ketemu dengan blog
lewat film kambing jantannya raditya dika. gara-gara baca review film kambing
jantan aku jadi tertarik belajar blogger. Eh! Entah kenapa aku jadi keterusan,
meskipun gak profesional tapi rasanya di blogger lah aku pertama kalinya
menerbitkan karya tulis sederhanaku. Sederhan aja, tapi disini aku belajar
banyak hal, aku juga bertemu dengan beberapa blog yang bagus yang waktu itu
sering ku kunjungi. Dan entah kenapa sejak saat itu aku jadi pengen nulis,
seperti yang baru ku katakan tadi “tak
perlu menjadi penulis yang hebat atau semacanya cukup tulis dan selesaikan,
meskipun tak di baca orang yang penting jangan berhenti”. Sederhana aja, tulis
dan selesaikan, meskipun esok belum tentu cerah. Entahlah! entah apa yang akan terjadi esok....