Hidup itu…

Hidup itu…



Aku selalu ingin menjadi lebih baik,

Lebih baik dari sebelumnya dan terus berkembang menjadi lebih baik lagi.

Manusiawi memang…

Namun aku harus sadar. Semua itu butuh proses, karena proses itu penting. Lebih penting daripada mikirin mantan dan lebih penting daripada mikirin gebetan.

Iya. Proses itu penting. Mangkanya para jones jangan mikirin mantan mulu.

Aku harus bener-bener menjalani proses yang panjang dan tidak mudah. Dan sedihnya lagi aku harus siap menerima kenyataan bila hasilnya tak seperti yang di harapkan.

Akan tetapi sebuah proses yang panjang pasti akan berbuah manis meskipun hasilnya tidak sesuai ekspektasi.

Biar bagaimana pun aku harus bener-bener mengerti bahwa menjalani proses itu tidak mudah, akan ada banyak rintangan yang harus ku hadapi untuk menjalani sebuah proses. Belum lagi jika hasilnya tak sesuai harapan.

Tidak mudah memang.

Karena itu untuk menjalani proses aku hanya butuh satu

“Sabar”.

Sebenernya ada banyak cara untuk menjalani sebuah proses namun satu-satunya cara terbaik adalah dengan bersabar. Tak ada jalan lain selain harus bersabar.

Sabar menjalaninya dan sabar menerima hasilnya.

Bersabarlah wahai hati yang teduh, karena sabarmu pasti akan berbuah manis.


-------------------------------oOo-----------------------------


Bubur sumsum

Bubur sumsum



Aku gak mau sakit lagi karena itu aku harus menjaga kesehatanku, karena kesehatan adalah aset terbaik yang harus di jaga.

Percuma juga aku pintar dan kaya kalo sakit-sakitan.

Intinya aku gak mau sakit.

Tapi yang namanya sakit bisa datang kapan aja dan dimana aja.

Karena itu lah aku harus menjaga kesehatan dan salah satunya adalah mejaga pola makan dan tidurku.

Iya, aku punya penyakit yang mengharuskanku untuk makan dan tidur yang teratur.

Gak harus banyak, yang penting teratur.

Dan sejak penyakit itu muncul hidupku banyak berubah terutama dalam mengatur pola makanku.

Aku gak  berani makan sembarangan, minum sembarangan, aku gak boleh telat makan dan gak boleh kekenyangan aku juga gak boleh sering-sering begadang.

Aku masih muda,mangkanya aku harus sehat “Masih muda kok penyakitan” begitu katanya

Setelah ku pikir-pikir ternyata aku  sering lupa satu hal

Aku sering lupa kalo aku harus menjaga kesehatan pikran dan kesehatan hati serta kejernihan dalam bertindak.

Artinya aku harus punya pikiran dan hati yang sehat.

Aku harus sehat

Apa pun ceritanya aku harus sehat., karena aku gak mau makan bubur sumsum lagi.

-------------------------------oOo-----------------------------

Wahai anak muda

Wahai anak muda


“Gunakan waktumu sebaik mungkin”

Aku pernah menyesal karena kehabisan waktu dan sialnya itu terjdi berulag kali.

Pertanyaannya “Mengapa bisa terjadi?”

Jawabnya “Karena aku tidak bisa mengoptimalkan waktu yang ku miliki”

Bisa sih tapi gak setiap hari. Kadang optimal kadang enggak. Kadang rajin, kadang males.

Ah! Entahlah!

Satu-satunya yang pergi dan tak akan kembali adalah waktu. Dan semua orang tau itu.

Waktu gak akan pernah kembali meski sekaya apa pun kita, sekuat apa pun kita dan sehebat apa pun kita.

Dan biasanya penyesalan selalu datang di akhir waktu.

Manusia selalu terlambat menyadarinya lalu menyesal di ujung waktu. Dan ini menjadi pelajaran menrik yang tidak akan pernah habis di bahas.

Para orang tua dan para guru kerap kali menceritankan tentang orang-orang yang menyesal di ujung waktu. Mulai dari cerita orang-orang yang terkenal sampai cerita orang-orang di sekitarnya.

Intinya mereka menceritakan kisah orang-orang yang gagal karena tidak mengoptimalkan waktunya dengan baik.

Mendengar cerita orang-orang terdahulu yang menyesal di ujung waktu rasanya sangat menyedihkan. Bagaiamana jika hal itu terjadi padaku?

Terlambat menyadari sesuatu dan akhirnya menyesal saat sudah kehabisan waktu.

Aku gak mau seperti itu. Dan aku yakin kalian juga tdak mau seperti itu.

Sebelum terlambat mumpung masih ada waktu

Wahai anak muda gunakan waktumu sebaik mungkin karena waktu yang hilang tak akan pernah kembali.

-------------------------------oOo-----------------------------

Karena Kita Tidak Sama

Karena Kita Tidak Sama




Kita  lahir sebagai pribadi yang berbeda. Kita lahir dengan kepribadian kita masing masing dan memiliki karakter masing masing. Kita tidak sama dan tidak akan pernah sama dengan yang lainnya.

Intinya kita berbeda.

Kita memang berbeda, namun kita tetap memiliki persamaan. Kita sama sama manusia yang lahir sendirian. Sama-sama manusia yang punya tanggung jawab masing masing.

Sampai ada yang bilang sejak lahir kita sudah dalam keadaan jomblo.

Adit : Siapa bilang?

Aku : Aku

Adit : Iya bro. sejak lahir kita memang jomlo. Kau gak salah, yang salah itu kita. Mengapa sampe sekarang kita jomblo.

Aku memang gak mau menyalahkan keadaan. Aku udah 26 tahun tapi aku masih sendirian dan tinggal di kontrakan sendirian.

Rasanya itu

Ah! Sudahlah. Kalian tau sendirikan.

Ngomong-ngomong soal perbedaan aku selalu punya perbedaan pandangan dengan Tiara (mantan pacarku waktu kuliah).

Mungkin perbedaan pandangan ini lah yang membuatku tidak menemukan kata sepakat hingga akhirnya kita memilih untuk udahan.

Di lain cerita aku juga memiliki perbedaan pandangan dengan Romlah, istrinya sepupuku yang dulunya adalah gebetanku. Kita memang selalu punya perbedaan pandangan tapi anehnya kita selalu punya cara untuk menemukan kata sepakat.

Tapi sayang, kita gak jodoh.

Akhirnya aku mengerti sepakat saja tidak cukup untuk menyatukan perbedaan. Ada Yang Maha Kuasa, yang memiliki kehendak untuk menyatukan dan memisahkan.


***

Adit : Sabar ya bro. semoga kau dapet jodoh yang lebih baik

Aku : Maksudnya apa nih

Adit : Supaya kau gak sedih aja.

Sejak Romlah menikah hidupku banyak berubah, mendadak teman-temanku banyak yang berkabung untuk ku. “R.I.P untuk hatiku yang patah” begitukah kira-kira maksudnya.

Iya. Hatiku memang patah sejak saat itu, bahkan sebelum Romlah menikah pun hatiku sudah patah.

Tapi apa aku bisa apa?

Dia memang bukan jodohku, dan aku tak bisa apa-apa. Dia memang baik tapi Allah lebih tau apa yang terbaik untukku.

***

Di usiaku yang sekarang ngomongin perkara jodoh itu memang menyeramkan. Apa lagi kalo di bumbui dengan pertanyaan “Kapan nikah?” rasanya kok nyesek ya.

Adit : kau nyesek lit?

Aku : iya

Adit : Aku lebih nyesek

Kita memang terlahir berbeda, dan pastinya perkara jodoh pun pasti berbeda begitu juga dengan perkara maut, pasti juga berbeda.

Masalahnya aku hampir gak kuat menahan pertanyaan ini

Adit : Sabar pak guru, masih di tanya kapan nikah aja udah gak kuat? Gimana nanti kalo nanti udah nikah?

Aku : Iya juga ya? Makasih ya Bro.

Adit : Lemah?! Heh!

Aku : Terus, kau kapan nikah

Adit : Nunggu waktu yang tepat

Adit bener, dan kali ini aku sepakat denganya, di tanya kapan nikah aja gak kuat, gimana nanti kalo nanti udah nikah.

Aku sama seperti manusia pada umumnya, ingin menikah dan membangun keluarga kecil lalu hidup bahagia. Seperti cerita dalam dongeng, sang pangeran menikah dengan sang putri lalu hidup bahagia selama-lamanya.

Tapi semua itu hanya ada dalam cerita. Kenyataannya tidak seperti itu. Tidak mudah dan tidak langsung bahagia.

Aku tau setiap orang punya hidupnya masing-masing dan setiap orang punya ceritan masing-masing.

Ceritaku belum selesai, ada bagian-bagian yang harus ku jalani dan ada bagian yang harus ku selesaikan untuk bisa melanjutkan ke bagian berikutnya.

***

Minggu pagi aku menjemur pakaianku seperti biasa. Ekspetasi jalan-jalan minggu ini harus batal karena temanku pada sibuk semua. Sementara itu pekerjaan di rumahku udah numpuk.

Pakain kotor udah banyak, pakaian di kamar berantakan, piring kotor udah lima hari gak di cuci, rumah udah sebulan lebih belum di pel, ruang tamu juga udah tiga hari belum di sapu.

Tetanggaku lewat “Pak guru mankanya cewet kawin biar ada yang nyucikan baju”

Aku tersenyum kecil “he he he he. Iya bu, lagi banyak cucian nih”

Ledekan semacam ini udah biasa terdengar olehku. Maklum di gang tempat ku tinggal hanya aku yang lajang, hanya aku yang tinggal sendirian.

Pagi ini terlihat cerah, anak-anak kecil berlarian kesana kemari mereka terlihat sangat bahagia, melihat mereka bermain ingin rasanya aku punya satu. Tapi, ah sudahlah. Riki, anak kecil berusia tiga tahun masuk kerumahku.

Sebenernya aku gak suka kalo dia masuk kerumahku tapi mau gimana lagi coba, aku lagi megang jemuran. Aku pun membiarkannya masuk kerumah, mengacak-ngacak mejaku dan memakan gorengan di atas meja.

Aku membiarkanya sampai akhirnya dia memakan cabe rawit yang ada di dalam tahu isi.

Dia menjerit kepedasan. Aku menghampirinya lalu memberinya minum teh manis yang sudah hangat “Udah sana pulang”

Aku menyuruhnya pulang. Bukan karena aku gak sayang anak kecil, tapi aku gak mau di gosipin yeng enggak-enggak.

Riki, anak seorang janda muda yang terkenal cantik di gang ku. Ayahnya meninggal setahun yang lalu karena kecelakaan jalan Raya. Mbak Leni, ibu nya memilih untuk menjadi single parent dan merawat Riki sendirian.

Sejak Riki sering main kerumah, aku sering di gosipin “Pacarnya Mbak Leni, calon bapaknya Riki yang baru”

Duh! Gaswat!

***

Sorenya aku membuat story di WA “Harus semangat” dan lagi lagi orang yang tak ku harapkan membalasnya dengan bijak “Semangat Pak guru”

Tiara lagi, orang yang sudah lama pergi dalam hidupku dan sengaja ku lupakan berharap dia tak datang lagi.

Tapi belakangan ini dia muncul lagi di hidupku sejak dia bekerja di sebuah perusahaan swasta yang di pimpin teman SMA ku.

Adit : Lagian gak salah juga kan kau nyimpen nomor mantanmu? Salahnya dimana coba?

Aku : iya sih? Tapi cuma gak enak aja. Nyimpen nomor mantan.

Adit : daripada nyimpen nomor Romlah. Kan lebih bagus nyimpen nomor Tiara

Aku : Eh!

Gak ada yang mending dari keduanya. Mau itu Romlah, mau itu Tiara keduanya adalah orang yang tak ku inginkan lagi.

Adit : Aku salah ya?

Aku : Enggak siiih. Tapi kalo bisa jangan sampe ketemu mantan lagi.

Adit : Kok gitu. Aku aja gini-gini masih berteman baik lo sama mantanku.

Aku : Kita gak sama dit. Kita memang sudah berbeda sejak lahir, ada banyak hal yang gak bisa kita sepakati dan banyak perbedaan yang membuat kita gak bisa sama. Kalo kau masih bisa berteman baik dengan mantanmu. Selamat, kau kuat. Tapi sayangnya aku gak bisa dit. Aku gak bisa kayak kau. Entah kenapa, bagiku yang namanya mantan itu rasanya lebih baik ku hindari.

Aku menarik napas dalm-dalam.

Adit : Aku ngerti perasaanmi lit. Dari dulu kita memang selalu berbeda pendapat, tapi aku seneng punya temen kayak kau. Aku jadi bisa memandang sesuatu dari sisi yang berbeda. Aku jadi tau kalo masalah itu gak bisa di pandang dari satu sisi aja. Ada banyak sisi yang harus kita lihat ada banyak hal yang harus kita pertimbangkan. Aku juga menghargai pendapatmu soal ‘mantan’. Yaaa, kalo gak gak mau ketemu mantanmu aku mau ngomong apa.

Entah apa yang terjadi dalam hidupku, rasanya memang tidak enak ketemu mantan. Meskipun ada yang bilang “Tanda kau dewasa itu kalo kau udah bisa baikan dengan mantanmu”

Mungkin bener.

Tapi aku gak sepakat. Biar bagaimana pun aku tetap gak mau ketemu mantanku lagi, apalgi sampe berteman deket sama mantanku lagi.

Tapi

Kalo memang kalian lagi deket dengan mantan. Selamat, kalian kuat.

Adit : Lit, suatu saat, cepat atau lambat kau akan mengerti. Mengapa aku bisa berteman baik sama mantanku.

Aku hanya diam.

Mungkin iya, suatu saat nanti yang entah kapan.

***

Aku memang gak sama dengan Adit. Aku gak suka mengingat mantan, apa lagi ketemu dengannya. Kalo bisa ku hindari kuhindari saja dia.

Entah apa yang ada di pikiranku, pokoknya sebisa mungkin aku bakalan menghindari mantanku.

Adit : Terus, kalo suatu saat kau butuh dia gimana?

Aku : Kalo bisa jangan dia lah.

Adit : Kenapa?

Aku : Aku cuma mau move on. Aku gak mau inget mantan lagi. Entah itu Tiara atau pun Romlah.

Adit : Tapi kalo Mbak Leni, pasti mau kan?

Aku : Enggak juga.

Adit : Kenapa enggak?

Aku : Kalo bisa jangan

Adit : Kalo harus memilih, kau milih mana. Tiara atau Mbak Leni

Aku : Enggak dua duanya

Adit : Mbak Leni itu cantik loh, udah PNS baik lagi. Tiara juga cakep, kerjanya di kantor, gajinya juga lumayan. Pokoknya kau gak bakalan susah lah.

Aku : Kenapa gak kau aja.

Adit : Aku entahlah!

Malam itu aku menghabiskan waktuku ngobrol dengan Adit, teman SMA ku yang sekarang menjadi bosnya Tiara.

Malam itu juga kami ngomongin banyak hal, salah satunya adalah ngomonngin bisnis keluarganya yang semakin berkembang. Dia juga memintaku mencari orang yang dapat di percaya untuk bekerja di bisnis keluarganya.

Aku menyanggupinya, dan semoga aku segera menemukan orang yang dapat di percaya untuk bisnis keluarganya.

Sebenernya sudah sejak awal dia memintaku untuk bergabung di bisnis keluarganya, akan tetapi aku menolaknya karena ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan prinsipku.

Untungnya Adit menghargai semua itu.

Aku senang bisa berteman dengan Adit, sebagai teman yang memiliki banyak perbedaan aku gak pernah bertengar hebat dengannya. Kita selalu menghargai perbedaan diantara kita. Dan syukurnya sampe sekarang kami tetap akrab.

Mungkin yang menjadi satu-satunya persamaan yang paling mencolok  adalah kami sama-sama “Jomblo”

Iya, kami sama-sama belum menikah. Masih lajang dan sering di Tanya “Kapan Nikah”

Kini aku gak menyangka Adit bakalan tumbuh besar dengan bisnis keluarganya.

Aku juga gak menyangka bakalan bertemu lagi dengan Tiara setelah sekian lama gak bertemu. Dan yang paling gak kusangka adalah aku di gosipin pacaran sama Mbak Leni.

Duh! Gaswat…

-------------------------------oOo-----------------------------



Walking alone

Walking alone



Iya aku harus menyelesaikannya sendirian.

Supaya kalian tau ini bukan tugas kuliah atau pun tugas kantor. Ini tugas seumur hidup..

Iya aku harus menyelsaikannya sendirian. Mulai dari awal hingga selesai semua harus ku selesaikan sendirian.

Rasanya aku lelah.

Tapi Aku harus kuat, “Aku gak bener-bener sendirian kok. Allah bersamaku” Kata-kata itu sering ku ulang-ulang.

Aku berjalan sendiri lagi dan lebih memilih menuntaskan semuanya sendiri.

Entah apa yang terjadi padaku belakangan ini, aku malah lebih nyaman untuk menuntaskan pekerjaanku sendirian. Bukan karena aku gak percaya dengan orang lain, tapi aku merasa lebih baik ku tuntaskan sendirian.

Aku ngerti, sebaik apa pun aku dalam kesendirian aku tetap saja ada salahnya. Aku salah dan aku memang salah.

Salahnya dimana?

Aku salah karena aku sendirian terus

Ah! Nasip memang.

Ya Allah janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.

-------------------------------oOo-----------------------------